Aksara, Basa, lan Sastra Bali

"Om Swastyastu, swasti prapta aturang titiang majeng ring para sameton blogger sami, durusang macecingak ring blog titiang, pinaka anggen jalaran masadu wirasa, mogi-mogi wenten pikenohnyane"
Tampilkan postingan dengan label LONTAR. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label LONTAR. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 Juni 2012

Lontar Usada Budhakcapi

Halaman 1b  

Semoga tidak menemui rintangan. Mohon maaf kepada Dewa Siwa. Apakah disebut awighna, apakah yang disebut nama siddham, sebaiknya kau mengetahui makna awighnamastu. Jika kau paham, kau boleh menggunakan ilmu ini untuk mengobati. Jika kau tidak paham makna awighnamastu, janganlah kau berani melecehkan ilmu ini. Ilmu ini dinamakan Siwalingga, firman Tuhan yang dianugrahkan kepada para guru dunia. Om maksudnya sarira (badan), awi maksudnya aksara (huruf), ghna artinya tempat bersemayam, mastu artinya kepala, nama maksudnya anugrah, si maksudnya matahari; dham maksudnya bulan. Itulah yang patut dipahami tentang tempat bersemayam Dewa. Kau tidak akan menemukan bencana. Demikianlah firman Dewa pada zaman dulu. Ini merupakan ilmu rahasia, Usada Sari. Ketika diturunkan di Pura Dalem, ini adalah sabda Hyang Pramakawi. "Begitu

  
Halaman 2a  

amat tergesa-gesa kalian berdua, cepatlah katakan sekarang, agar aku tahu!" Demikian kata sang Budhakecapi kepada mereka berdua. Selanjutnya, sang Klimosadha menjawab bersama sang Klimosadhi: "Kami berasal dari Lemah Surat, kami sedesa. Kami ini bernama sang Klimosadha dan sang Klimosadhi!" Lalu sang Budhakecapi berkata: "Baiklah, aku bertanya kepada kalian berdua, aku mendengar berita tentang orang yang bernama sang Klimosadha dan sang Klimosadhi, terkenal ahli dalam meramal dan mengobati, konon demikian!" Mereka berdua segera menjawab: "Hamba memang begitu, (tetapi) hamba berdua ingin berguru kepada Tuan, jika Tuan berbelas kasih

  
Halaman 2b  

memberi anugrah kepada hamba berdua, hamba menyerahkan nyawa seumur hidup kepada Tuan, tetapi maafkanlah. Apakah sebabnya (hamba ingin berguru)? Karena Tuan yang bernama sang Budhakecapi, melakukan semadi, amat tekun dan teguh, sepanjang umur, serta telah sempurna dalam batin, doa pujianmu sang Budhakecapi menembus ke tujuh lapisan bumi, menembus ke angkasa". Selanjutnya, Bhatara Siwa turun menuju Kahyangan Cungkub, bertemu dengan Hyang Nini di Pura Dalem. Setelah beliau bertemu, beginilah sabda Bhatara Siwa: "Wahai sang Nini Dalem, aku menitahkanmu sekarang, turun menuju kuburan tempat pembakaran jenasah, kau Hyang Nini berhak memberkahi segala doa sang Budhakecapi, yang sangat tekun bersemadi. Kau Hyang Nini berhak mengabulkan segala permintaannya,


Halaman 3a  

segala kesempurnaan batin, sebab sang Budhakecapi sangat tekun bersemadi!" Lalu Hyang Nini berkata kepada Bhatara Siwa: "Jika itu perintah Bhatara, hamba menuruti titah Bhatara, sekarang hamba turun menuju kuburan tempat pembakaran mayat!" Kemudian Bhatara Siwa melesat menuju alam Siwa. Kini dikisahkan Hyang Nini Dalem datang ke kuburan tempat pembakaran mayat. Maksud Hyang Nini adalah memberikan berkah kepada sang Budhakecapi, karena telah direstui oleh Bhatara Siwa. Dengan cepat tiba di tempat sang Budhakecapi melakukan semadi. Segera sang Budhakecapi menghormat. Lalu Bhatari Hyang Nini berkata: "Wahai kau sang Budhakecapi, cukup lama kau berada di


Halaman 3b  

sini, bermalam di tempat pembakaran mayat, apakah yang kau harapkan? Apakah yang kau minta kepada Bhatara?" Lalu sang Budhakecapi menjawab: "Daulat Paduka Hyang Nini, doa harapan hamba adalah hamba memohon belas kasih Bhatara agar hamba paham hakikat makrokosmos dan mikrokosmos. Semoga Paduka Bhatari berkenan menganugrahkan kekuatan batin yang sempurna supaya hamba tidak terkalahkan oleh semua pesaing hamba, dan juga segala tatacara orang dalam memahami asal-usul penyakit, supaya hamba memahami hakikat bisa, racun, dan penyakit tiwang moro, ilmu desti teluh taranjana, serta hakikat pamala-pamali, dan segala ajian ampuh, demikian pula hakikat hidup dan mati, serta hakikat kekuatan sabda, itulah permintaan hamba kepadamu Bhatari Nini!" Kemudian Hyang Nini berkata: "Wahai sang Budha-

  
Halaman 4a  

kecapi, sekarang aku akan memberimu anugrah, baiklah, cepatlah julurkan lidahmu keluar, aku mau me-rajah1 lidahmu dengan mantera Om nama siwaya. Satu persatu mulai dengan Om, na untuk hidungmu, ma untuk mulutmu, si untuk matamu, wa untuk tubuhmu, ya untuk telingamu. Demikian pula makna Sanghyang Omkara, seperti windu, nadha, ardhacandra yang berada dalam tubuh, yang dinamakan asal mula Sanghyang Candra Raditya. Yang berada di mata kanan adalah Sanghyang Raditya, yang berada di mata kiri adalah Sanghyang Candra. Wahai sang Budhakecapi semoga kau paham tentang tatacara mencapai moksa karena lidahmu telah dirasuki kekuatan tulisan gaib, yang merupakan anugrahku, Hyang Nini Dalem, kepadamu! Inilah yang dinamakan tempat Sanghyang Omkara Sumungsang yakni di pangkal lidah,


Halaman 4b  

batu manikam, tempat pertemuan Sanghyang Saraswati, di lidah. Ini merupakan pemberi kekuatan gaib kepada batin, sangat utama, jangan sembrono, kau tidak akan berhasil (jika sembarangan). Inilah mantera kumpulan sumber kekuatan: "Om lep rem, ngagwa rem, papare, dewataning bayu pramana". Inilah menjadi persemayaman Sanghyang Saraswati, sebagai tulisan ajaib di lidah sang Budhakecapi, dan inilah doa untuk tempat aksaranya, yakni Om Sanghyang Kedep di pangkal lidahmu, Sanghyang Mandiswara di ujung lidahmu, Sanghyang Mandimanik di tengah lidahmu, Sanghyang Nagaresi di dalam otot lidahmu, Sanghyang Manikastagina di kulit lidahmu, dewanya adalah Bhatara Siwa, sebagai pemberi kekuatan hidup adalah Hyang Brahma Wisnu Iswara, sorganya adalah di hati, di empedu, di jantung,


Halaman 5a  

inilah persebaran tempat beliau Sanghyang Tiga, yakni Ang di hati, Ung di empedu, Mang di jantung. Inilah ajian Sanghyang Triaksara yang patut diingat, manteranya Om Ang Mang. Ajian ini sangat utama, jangan sembrono, memusatkan kekuatan batin, semoga kau sang Budhakecapi dapat memahami ajian Nitiaksara Sari, serta hakikat arti Sanghyang Pancaksara yang berada di alam, yang mana tempatnya, yang mana pula lambang aksara sucinya, inilah yang harus kau ingat wahai sang Budhakecapi, semoga kau paham, tinggalah kau di sini, aku akan pulang kembali menuju Kahyangan Cungkub!" Lalu segera sang Budhakecapi menghormat kepada Hyang Bhatari Nini, dengan mantera: "Om niratma ditempatkan di leher, atyatma di antara kedua alis, niskalatma di pusat telapak tangan, sunyatma di pusat kepala, alam dewata yang kokoh". Setelah Hyang Nini terbang melesat,

  
Halaman 5b  

menuju Kanghyangan Cungkub. Ceritanya dihentikan sebentar. Cerita berganti, dikisahkan sang Budhakecapi, sangat terkenal ke seluruh masyarakat, sangat kuat dan sempurna, pandai dan ampuh dalam berucap, segala ragam bahasa, mahir dalam doa pemujaan, bertempat tinggal di kuburan, sangat tekun, demikianlah kisah sang Budhakecapi dihentikan dulu. Kini cerita berganti, adalah dua dukun laki-laki, bernama sang Klimosadha dan sang Klimosadhi, tinggal di satu desa, yakni Lemah Tulis. Mereka sangat terkenal sakti, mahir mengobati, dan tidak pernah terkalahkan oleh segala jenis penyakit, dan sang Klimosadi tidak pernah terkalahkan oleh bisa dan obat racun, tetapi

  
Halaman 6a  

ada kekurangannya, ia tidak tahu mendeteksi (meramal) penyakit, hanya berpegang teguh pada keyakinan dan memaksakan, mencari orang sakit dan yang menyakiti, hanya sebegitu saja kepandaiannya. Dihentikan dulu kisah sang Klimosadha. Kini diceritakan ada orang sakit bernama Sri Hastaka. Ia sangat menderita kesusahan, maksudnya hanya mencari sang Klimosadha. Kemudian ia datang ke rumah sang Klimosadha. Baru saja ia tiba di rumah sang Klimosadha, dengan cepat sang Klimosadha menyapa: "Wahai, Tuan dari mana? Apa maksud kedatanganmu ke mari?" Si pencari dukun menyahut: "Hamba mengundang Tuan, maksud hamba menemui Tuan adalah hamba memohon keselamatan, semoga Tuan berbelas kasihan kepada hamba,

  
Halaman 6b  

semoga Tuan berkenan datang ke rumah hamba, untuk memeriksa kakak hamba, yang menderita penyakit!" Sang Klimosadha berkata: "Aku menuruti permintaanmu!" Tidak diceritakan (panjang lebar), ia telah tiba di rumah si pasien. Sang Klimosadha tanpa sepatah katapun memperhatikan dengan saksama si pasien, serta memegang tubuh bagian bawah dan bagian atas si pasien, segala kondisi si pasien juga diperhatikan dengan saksama. Setelah itu, lalu sang Klimosadha duduk. Kini si pencari dukun tadi bertanya: "Baiklah, hamba berkaul kepadamu, jika nyawa kakakku bisa diselamatkan, hamba tidak takut memberi upah dan hadiah yang sepantasnya. Jika ia akan mati, dimanakah kesulitan mendeteksinya?" Sang Klimosadha menjawab: "Menurutku, jika aku memegangnya, orang ini tidak akan mati, janganlah kau sedih, tenangkanlah hatimu, carilah ramuan obat minum dan ramuan bedak serta ramuan untuk obat semburan!"

  
Halaman 7a  

Orang yang disuruh mencari ramuan segera berangkat. "Dulu, aku sering menyembuhkan penyakit semacam ini, tidak pernah sampai dua kali aku memberikan-nya obat, hanya sekali saja sudah sembuh, sangat mudah aku menangani penyakit seperti ini!" Orang yang disuruh mencari bahan obat segera datang, serta dengan cepat pula telah matang. Lalu sang Klimosadha segera meracik obat. Setelah memberi obat minum, bedak, dan obat semburan, sang Klimosadha duduk. Jika bisa sembuh, tentu banyak orang akan merasa ikut berbahagia. Tiba-tiba saja sang Klimosadha lupa memeriksa nyawa si pasien, sehingga si pasien pun mati. Sang Klimosadha sangat malu. Semua orang yang berada di sana berwajah curiga, sebab baru saja diberi obat minum, bedak, dan obat semburan, si pasien kemudian mati, dan juga sang Klimosadha telah mengatakan bahwa si pasien tidak akan mati, namun kini mati.

  
Halaman 7b  

Sang Klimosadha sangat malu dalam hatinya, akhirnya ia pergi tanpa pamit menuju rumahnya. Setelah tiba di rumahnya, ia tidak enak makan dan minum, siang malam, sang Klimosadha sangat malu. Cerita sang Klimosadha dihentikan sejenak. Kini dikisahkan sang Klimosadhi, termashur dalam mengobati pasien yang terserang bisa dan racun. Diceritakan seorang wanita bernama Sridhani, yang sudah berusia cukup tua, tertimpa penyakit kronis, sangat sukar menangani penyakitnya. Si pencari dukun datang ke rumah sang Klimosadhi. "Wahai Ibu, darimana asalmu? Apa maksud kedatanganmu ke mari?" Si pencari dukun itu menjawab: "Hamba minta tolong, hamba menangani orang sakit. Jika Tuan berbelas kasih kepadaku, sudilah Tuan datang ke

   
Halaman 8a  

rumahku, agar Tuan mengetahui si pasien!" Sang Klimosadhi menjawab: "Jika begitu, aku menurutimu!" Setelah datang di rumah si pasien, lalu sang Klimosadha memeriksa si pasien, dipegangnya bagian bawah dan bagian atas tubuh si pasien. Setelah itu, lalu sang Klimosadhi berkata: "Ini orang sakit terserang racun, ia terkena racun yang diracik orang. Sekali saja, sangat gampang menyembuhkan penyakit ini. Aku sering menyembuhkan penyakit seperti ini. Tidak usah dua kali, cukup sekali saja sudah sembuh, sangat mudah menolong orang sakit semacam ini!" Orang yang punya pasien bergegas membuat sesajen hadiah. Lalu sang Klimosadhi merapalkan mantera untuk membuat obat, bedak, dan obat semburan. Setelah itu, lalu sang Klimosadhi mengunyah daun sirih, dan memberikan sepahnya kepada si pasien, serta menyandangnya
  

Halaman 8b  

Setelah itu, tiba-tiba si pasien pusing, tidak sadarkan diri hingga malam hari, dan dadanya sesak, kerongkongannya seperti tersumbat!" Si pencari dukun berkata: "Mengapa bisa begini? Lalu apa yang dapat dilakukan, apakah obatnya perlu diganti? Hamba minta tolong dengan sangat agar ipar hamba ini bisa sembuh. Hamba tidak takut kepada upah, maupun hadiah!" Lalu sang Klimosadhi mengganti obat. Setelah obat itu diminum, tetap saja si pasien pusing tidak sadarkan diri, tidak bisa makan, lalu akut. Kemudian dengan cepat sang Klimosadhi mengeluarkan mantera, melalui ubun-ubun, telinga, hingga sang Klimosadhi kehabisan akal, memusatkan batin bersemadi bertumpu satu kaki. Si pasien semakin tidak sadarkan diri. Lalu sang Klimosadhi berkata:


Halaman 9a  

"Ah, jika demikian keadaan si pasien, aku yang salah memberi obat!" Tiba-tiba sang Klimosadhi pergi, ia sangat merasa malu, bertolak pulang. Setelah tiba di rumahnya, muncul niat sang Klimosadhi, bermaksud berguru kepada sang Klimosadha. Segera sang Klimosadhi pergi ke rumah sang Klimosadha. Begitu ia tiba, sang Klimosadha menyapanya: "Wahai adikku, sang Klimosadhi, selamat datang di rumahku, apakah maksud kedatanganmu, adikku?" Sang Klimosadhi menjawab: "Aku bermaksud berguru kepadamu, kakak!" Sang Klimosadha berkata: "Mengapa kau ingin berguru kepadaku? Jika begitu, adikku, kau tidak akan mendapat apa-apa. Kakak juga tidak ingin mengangkat murid. Apa sebabnya, katakanlah, wahai adikku!" Sang Klimosa-


Halaman 9b  

dhi menjawab: "Beginilah asal mulanya. Aku mengobati seorang wanita, yang bernama Sridhani. Ia terserang penyakit kronis. Di situlah aku kalah, aku sangat malu, itulah sebabnya aku hendak berguru kepada kakak!" "Jika begitu, kau sia-sia saja, kakak juga ingin berguru, sebabnya adalah kakak mengobati orang sakit bernama Sri Hastaka, seorang lelaki, di situ kakak kalah!" Sang Klimosadhi berkata: "Jika begitu, marilah kita melakukan semadi, aku menurutimu, jika kakak mendapat wahyu, aku minta tolong kepadamu, jika aku mendapat wahyu, aku akan menolongmu, demikianlah maksudku!" Lalu sang Klimosadha berkata: "Jika begitu, sulit rasanya, adikku.


Halaman 10a  

Jika kau setuju denganku, marilah bersama-sama denganku, aku ingin berguru kepada sang Budhakecapi, sebab sang Budhakecapi mendapat anugrah dari Hyang Nini!" Sang Klimosadhi menyahut: "Jika begitu, baiklah, aku setuju denganmu, kakak!" Akhirnya, segera mereka berangkat menuju kuburan tempat pembakaran mayat. Setelah tiba di tempat sang Budhakecapi, lalu mereka berdua disapa oleh sang Budhakecapi: "Wahai Tuan berdua, apa maksud Tuan datang ke mari, begitu tergesa-gesa, berdua, silakan katakan agar aku mengetahui!" Sang Klimosadha dan sang Klimosadhi menjawab: "Hamba ini berasal dari Lemah Tulis, hamba sedesa, demi-


Halaman 10b  

kianlah Tuan, hamba berdua bernama sang Klimosadha mwang sang Klimosadhi!" Lalu sang Budhakecapi berkata: "Baiklah, aku ingin bertanya kepada kalian berdua, aku mendengar berita orang yang bernama sang Klimosadha dan sang Klimosadhi, terkenal mahir dalam pengobatan, begitulah konon!" Segera mereka berdua menjawab: "Hamba memang begitu, (namun) hamba ingin berguru kepada Tuan, jika Tuan berkenan kepada hamba berdua, hamba menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuan, disertai dengan permohonan maaf hamba!" "Wahai, adikku berdua, agar aku dapat mengetahuimu, apa sebabnya kau ingin berguru kepadaku? Katakanlah dengan sejujurnya kepadaku agar aku paham!" Sang Klimosadha menjawab: "Sebabnya hamba berniat keras berguru karena hamba pernah mengobati
 


Kaketus Saking:  http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=792&Itemid=80

Lontar Usada Kurantobolong



Lontar Usada


Halaman 1b
Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Siwa, semoga kami tidak menemukan rintangan. Inilah yang dinamakan Usada Kurantobolong, yakni tentang pengobatan bayi (anak-anak), berkat anugrah Bhatara Wisnu, yang demikian sangat ampuhnya, dalam menciptakan kesejahteraan dunia, yang bisa menyelamatkan bayi (anak-anak), dan dapat menyebabkan umur panjang, terhindar dari penyakit, dan kematian. Caranya adalah berwaspadalah dalam menangani pengobatan bayi (anak-anak). Inilah yang dinamakan dharma bakti bagi seorang dukun dalam mengobati bayi (anak-anak). Sarana obat untuk bayi menderita sakit nguwus terdiri atas daun canging yang di tengah-tengah 11 lembar, alang-alang 11 lembar, diramu dengan bawang dan adas, dipakai pupuk

Senin, 28 Mei 2012

Lontar Usada Manak


[1b] Om awighnam astu nama sidam.
Nihan tamban krêng ngalabuhang, pangañcing manik, pangañcing kama, nga. wahu akarma, tibakin pangañcing, wênang, yanya wus puput wulanan, wênang ya tibakin pamungkah, pamañcutan, yan tan bañcut, sukêh ya kalaning wêtunya lare, meh pêjah pwaranya. ma, Om tutup kañcing bwana alah bwana kêling, tutupana gêdong alah, wuwus pêpêt, sarìrane syanu, têka pêpêt, 3, sa, yeh mawadah sibuh inumakêna, sisanya anggon makoñceng. Pangañcing, ma. Om mang Alah Om mang, kañcing kukañcing Alah, kinañcingan dening Muhamat, ma. apan aku ngadok dewa pamungkah, pangañcing [2a] Muhamat, lah ilah, ilêlah, Muhamat darahsululah, sa, yeh añar mawadah sibuh inumakêna, sisanya anggen makoñceng.
Iki pangañcing rare ring jêro wêtêng, mwang pangañcing gring ring sarìra, pada misi. Nihan pamungkah kañcing, sa, yeh mawadah sibuh cêmêng, inumakêna, sisanya anggen makoñceng, ma, bungkah aku kañcing Alah rasululah, 3. Pamungkah, sa, yeh mawadah sibuh, inum, karinya anggen makoñceng, ma. Alah ung mang, bungkah kañcing, Alah kañcing Muhamat, apan aku angadok [2b] dewa pamungkah kañcing Muhamat.
Pamungkah, sa, yeh añar mawadah sibuh, inum, sisanya anggen makoñceng, ma. bismilah irahmanirahim, bungkah Alah kañcing Muhamat, lah ilah ilêlah Mumahata darasululah.
Nihan pamungkah lare ring jro wêtêng, iki tibakakêna rumuhun, sa, yeh añar mawadah latok, inumakêna, sisanya turuhang ring sarìranya, ma, Om bungkah kañcing bwana kêling, bungkah gêdonging Alah, bungkah mangadwara sarìrane syanu, têka mênga, 3.
Nihan pangêtêk lare ring jro wêtêng, sa, bañu tuli mawadah ceeng, inumakêna, wus anginum aris turuhakêna [3a] ring wêtêng, ssisanya anggen makoñceng, ma. Ong ta kita to kadi be julit, makêcos kita kadi katak, turut kita adinnya. Malih pangêtêk rare, sa, yeh timba bahan sibuh sangket, di nimbane marêp katêben, nging aja mangkiyan, karinya turuhakêna ring wêtêng, mwang ring sarìranya, ma, makliyês makuliwêsan, mañurunuk marupa bojog, makêcos kadi katak, mamlêkêjut kadi be julit, têka clêngeng, 3.
Nihan tamba nglah pyanak krêng mati, sa, kuud kumruk, wehin rarene wau mêtu, sadurunge kêna yeh ñoño, ma. Om ibu pritiwi, ingsun bhatara Twa, [3b] tinandur muñcar saking akasa, mumbul saking pritiwi, tunya, 3, tayuh, 3. Ta. yan harêp adruwe putra, sa, pyanak yuyu lalima, di ngalihe nuju dina kajêng kliwon, nu matah bêjêk aworin lunak tanêk, yeh limang sidu, wusan ngamantranin panganakêna. Di ngalihe, di ngrujake, di nginume, sing dadi têngab ring sasaman, sing dadi pêtêng, pingit dahat, ma. Om nini maniku kadi sang Korawa, wadon, nggêl den agêlis, syanu anggawe lare, têka kedêp siddhi mandi mantranku, poma, 3.
Ta, doyan anglabuhang, sa, yeh jun tanêg, di nimbane êda mangkiyan, mawadah sibuh, majatu dalima abatu, wuse ngamantrain [4a] inumakêna, haywa mangkyan, ma. Om kama bang, kama putih, linupar andadi lare, aja age sira mêtu, apan dereng tutug wulanan sira, sanga wulan kinon ri wêsi, kinañcinganing wêsi pêpêt, têka pêpêt, 3.
Nihan pangurip manik, sa, kêtan gajih sagêgêm, majatu gula, mwang sarilungid, pêjang ring dadasar cêmêng, inumakêna, ma, ih sang hyang urip, bayu urip, buyut urip, idêp urip, maka manike syanu urip hyang pada urip, jumênêng mêtu urip, têka urip, 3.
Ta. karuron, sa, babakan juwêt, babakan kutat, rwaning kasinen, uyah arêng, bangkêtnya inum, ma. Om kama urip, manic [4b] urip, gêtih urip, bañêh urip, aja sira geger mêtu ring pritiwi, jêg sira jumênêng ring jro wêtênge syanu, têka jêg, 3.
Yan wong harêp aduwe pyanak, wênang tibakin pangeger dumun, wau ñakit, raris tibakin pangêtêk rare, ri wus tibakin pangêtêk, raris wau tibakin pangêsêh.
Nihan pangeger, sa, yeh mawadah dadasar cêmêng, lêbokakêna lontar rinajah kadi iki. Wus ngamantrain inumakêna, ma. Om mañjing mêtu, mêtu ta sira, tututên kakanta sanggu ka kawah.
Nihan pangeger, sa, yeh mawadah sibuh, sêkar sapasang, [5a] inumakêna, ri wuse ngamantrain, ma. Om nini molotok, mênganana lawang kinoñcenge syanu kon i lare mêtuha, malayu kita den agêlis, lah poma.
Pangeger, sa, tampinan gênêpin, wus ngamantrain, pangad, bangkêtnya glêkang, ma. Om sameda amburu rare ring jro wêtênge si bajang si bayi, tutun aku den agêlis.
Pangeger, sa, yeh añar mawadah sibuh cêmêng, nging rumuhun turuhang ring song kañcing watone, wus ngamantrain tahapakêna, ma. Om kamanku waluh, kama pangeger, ring anak-anak, balbalakêna dawuhanira, bal den agêlis, lah malmal, 3.

Nihan yan lare kabêbêng, [5b] asat yeh ñom mwang gêtihnya, sa, lêngis antuk ngidih, 7, lawang, wus ngamantrain, wurapakêna ring wêtêngnya, ma. tuhu wurung, 3, sahak, 3, sah, 3.
Ta, kabêbêng, sa, êntikan jarak, bawang, ulig, bangkêtnya campurin cuka, inumakêna, ma. Om kama swaha, waras, 3, mêtu, 3.

Nihan pangandêg lare nagih mêtu, yan durung tutug wulanan, tur ring memenya gêlêm, samalih yanya mabudi ngalabuhang, sa, wading tampak liman, kêtan gajih, bawang, adas, tahap, ma. Om kama wurung, manik lare wurung, yeh wurung, bañêh wurung, gêtih wurung, haywa sira geger mêtu, lah wurung, 3.

Ta, lare mati di basang, sa, sarin tanah, pulasahi, sêkar têlêng, [6a] sêkar sulasih, pet bangkêtnya, campurin yeh ñoño, tahap. Malih, sa, pusuh pucuk lamba, 5, katih, lêngis tanusan, tahapakêna. Malih, sa, rwaning kelor munggi, sêduh aji yeh gumulak, inumakêna, ma, Om yeh wehnya, namu nama swaha.

Pangeger lare pañadak mati di basang, mwah yen memenya mati, sa, yeh mawadah tundak, inum, sisanya turuhakêna ring wêtêngnya, ma. Om sasaka roro, ulig munggwing watu, ulig larene syanu, mêtu lêh, 3.

Nihan pañadak lare mati di basang, smalih memenya mati, sa, gula abungkul, marajah Bhatari Durga, mwang Kalika, ma. [6b] ih angga bhuta rakûasa, panganên anuke syanu, ring jro wêtênge osah, 3, pasangakêna têbenan bangkene, mabasah, bênêngan langkange syanu, iki lingganya rarajahan pañadake, tirunên kayeki tutên.

Pañêsêh [7a], sa, muñcuk kelor munggi, 3, muñcuk, matali bênang tridatu, lêbokakêna ring toyane di sibuhe, raris inum, muñcuk kelore kuca, urapakêna ring wêtêng, ma. linus, inurês, mêtu tulukang sariranta, ma, ah, 3.
Pañêsêh, sa, kau bulu madaging yeh, raris inum, ma. Om kumaca-kumacik, ang, ung, mang, agêng tanah, agêng langit, agêngang sarìrane syanu, agêng, 3.

Pañêsêh gêtih mwah yeh ñom, manggawe êngsêh, sa, yeh asibuh, madaging unteng bawang, inum, bawange untal, ma. kêtês-kêtês kadi katak, mlakêtuk kêcos, 3, eh, 3. Malih, sa, yeh mawadah sibuh, lêbokakêna [7b] bawang tunggal, bêjêk ring toya, inumakêna, ma. Om 3, ma. ih bhuta kakawah, bhuta ari-ari, aja kita anglaranin kita, manuûa harêp amêtu, ring bhumi pritiwi, mêtu, 3, ong cor, 3, lêh, 3.

Pañêsêh, sa, yeh mawadah sibuh, inum, sisanya turuhang ring wêtêngnya, ma. Om be julit putih, masêbun duhur tambukune, têka makêcos, 3, kedêp siddhi mandi mantranku,

Pañêsêh ari-ari durung mêtu, sa, bawang tunggal untal, ma. Om banaspatiraja, banaspatiraja gigina putih, têka sahak, 3, kedêp siddhi mandi mantranku.

Ta. pacang nglabuhang, sa, akah tampak liman, bawang adas, bangkêtnya inum, ma. lêh sagara, ma. [8a] Om ih sagara asat, 3. ma. Om ih sagara sabida bhatara, ih sagara sabida bhatari, ih bhatara sabi sang mengêt, ma. ung, sa ba ta a i Om ya nama swaha. Wus mangkana elingakêna adane makarya tamba, manuju dina u. marêp purwa mamantra, pa. marêp kadya, pwa, marêp kauh, wa. marêp kêlod, ka, marêp kadya kangin.
Pañêtik lare, sa, sêdah têmurose, buah nguda, sêdah ika rinajah, wus ngamantranin, wehakêna wang añakit, ma. Om kaki têmên, mêtu ta sira balbal, bayu sira den agêlis, mwah tlagan kaki têmêne moêsakang, wugang den agêlis, 3, cok bor, 3.
Pangeger [8b] ari-ari sukêh, sa, tambaga, slaka, wekan saput putih ne añar, lêbokakêna ring toyane mawadah sibuh, wus ngamantrain tahapakêna, ma. Om sanghyang ngadang-ngadang ring jro lêmah, tulungên ingsun atulung lare, atulung ari-ari, wurine, arêpe, sore, apan sira anaking jro lêmah, lah mêtu, 3.
Pañadak pangêsêngan, yen lare mati di basang, wênang sadak, wênang gêsêng, yan sira gêsêng mwah añadak, sasukêhnya, wênang sasantun gênêp, rawuhing kampuh sapradêg, sasantun gung artha, 1100,
iki pangêsênganya, ma. Om apuy ni mrak, mijil sapukuhing lidah, mijil saking tungtunging ati, ah aku [9a] kasinedah, ang, ong, mang, 3, mah, u.
Pangêsêngan, pangrêgêp bayu, sa, wênang, yan angrêgêp, anrus bayunta saking nabinta, tinibana sakeng sor ring pusêr, irika tunggal sabda, bayu idêpe, trus sakeng irung, rêgêpênya, sah ih niyah, 3, a, ang, pingitakêna juga.
Pangeger, sa, yeh ring jun tanêg, tahap, ma. jabang bayi, mêtu têka si warah agung, haywa suwe. Malih pangeger, sa, yeh añar inumakêna, ping, 3, ma. daging sakamalêhang, iringakên gajah, mêtu kang rare, yan wadon nini têguh, yan lanang kaki têguh, balbalakêna dauhanara, tur kalana kon mêtu.
Nihan pangêtêk rare, sa, bawang [9b] tunggal, wusnya ngamantrain añcukang ring pungsêd, ping, 3, wus mangañcukang, untal, ma. Om paslahanira i lutung putih, manuhutin bantang mahiyêm, têka cok bor, 3, ak, 3.

Pañêsêh, sa, yeh añar mawadah sibuh cêmêng, inum, sisanya turuhang ring wêtêngnya, ma. Om ucu-ucul, rare cili buayah, ingsun angeruhang ring bapa batune, wanya tambaga, têka bya, 3.

Malih pangeger, sa, yeh añar mawadah dadasar cêmêng, turuhakêna song kañcing waton, dadasar ika marajah, ri wusnya ngamantrain, tahapakêna, sisanya turuhang ring wêtêngnya, ma. Om sang kêbo kupêng, añurungakên lare ring jro

[10a] wêtêng, lah wêtokahan, haywa suwe, iki rarajahan dadasar ika, tirunen kayeki.
Ta. [10b] kabêbêng, sa, sedah têmurose, trikatuka, papak, bangkêtnya glêkang, ma. Om kaki têmu, balbalakêna dauhanira, Om sak byak.

Ta. lare mati di basang, sa, kayu dêpêp, sarin pucuk bang, yeh juuk, tahap. ma. Om lare mêtu sakeng wêtêng, lah ingsun mêtu makon, 3.

Malih, ta. lare mati di basang, sa, isen, umbin sente, pada, 3, iyis, kêtan gajih sajumput, ulig olesakêna ring wêtêng, bênêngan larene, ma. Om waringin sungsang, sagara lawan dala nêmu, lawan mangadala mêtu siddhi mandi mantranku, poma, 3.

Pañêsêh, sa, bawang limang iris, anggen samsam, toya ing sibuh, [11a] inum, sisanya turuhakêna ring wêtêng, samsamnya pangan, ma. Om Om be julit putih, mêsong di batan batune, têka yeh agung mangruduk, rêngas i be julit putih, mlas makêcos, cok bor, 3, idêp aku gurun ibane, sigar kaki kadi buluh, dadi, 3.

Ta. harêp adruwe pyanak, sa, inan kuñit warangan, tahapakêna, ma. Om nini manik kaki manik, nini lare, mandêga kita ring jro wêtênge syanu, mandaga kita ring peyukoyuan, kadununga ari-ari, sing têka umandêg, 3. ma. Om sanghyang bayu dadyakên lare ring jro wêtêng,

iki pangandêg rajah ruyu, ruyunênta den [11b] sanak kita kabeh, dadi, 3, tambanya marês wadah, dadasar marajah kayeki tirunên.

Nihan patêngêranya yan sadya, dadi manike syanu, sa, nasi putih, kuning, sêlêm, juang pada makêpêl, matatakan don tibah sami, masêkar bungan tibah pada mapasang, pada nggawa porosan, sagênêpa, sami matakêp antuk kau bulu, makatatêlu, magênah di batan umah, gênahe manggawe larene, [12a] ne putih, mandulu kangin, ne kuning mandulu kauh, ne sêlêm mandulu kêlod, mawatês makatêlun lantas balihin, yanya tilêh kamulyanya, pacang dadi, yenya buyêr, kalah sang abalyan, raris kutang ka marga agung, di wuse matanding, nasi ubade tibakin mantra, makatêlung kêpêl, ma. Om sang kama putih saking sudha, kama kuning saking sara, kama irêng saking indra, sing têka pada urip, 3, kedêp siddhi mandi mantranku.

Nihan pamatuh lare ring jro wêtêng, yanya krasa luh têkening mwani, wênang ya lukat, sa, yeh añar bikas têlu, mawadah dadasar cêmêng, sêkar jêpun ne tilêh, têlung katih, galih, 3, bsik, [12b] lêbokakêna ring toya, wus ngamantrain pakinêmin, makêtis masugi pada maping têlu, sisanya dyusakêna uli di sirah, têluh breyokan, ma. Om sanghyang Brahma, anglukat dasa malane syanu, mêtuhana ring irung têngên. ma. Om sanghyang Wisnu anglukat dasa malane syanu, sahananing mala ring ngampru, mêtu adalan ring irung kiwa, ma. Om sanghyang Iswara, anglukat dasa malaning sarìrane syanu, mêtuhana ring pupusuh, mêtu adalan ing irung kalih, lukat ati puróa, iku amalaning sarìra, anggawe tamba abrêsih, dening bañu tan mala, haning lila waraóa, dening bhatara tiga mahasakti, êning, 3.

Nihan pamungkah [13a] lare sukêh tan lêkad, sa, yeh di jun tanêg, mawadah dadasar marajah, inumakêna, sisanya turuhang ring sarìranya, iki rajah dadasar. ma. Om gajah matu mêtu sang rare cili, mêtu, 3, 2, 3. Malih timbal aji yeh di kakocor, inum, sisanya, turuhang ring sarìranya, ma. Om mêtu [13b] yeh ñom, mêtu bañêh, mêtu gêtih, mêtu ring goah sarìrane syanu, têka clakoweng, 3.

Mangandêg ngalabuhang, yan wau mêtu rah, simbuh basangnyane antuk rwaning kayu tuke-tuke. Malih uwapnyane, don subak langa, galih, adas, klabêt, prasama tibakin mantra, ma. Om widyadhara, ingsun masang ngandêg larene syanu, kêt, 3, siddhi swaha. Malih panguwap basange, têkaning sikûikanya, rauh katulang giyingñane, sa, tanah kamulan, tanah ne ngatut di jit tanggun jane, abun paspan, tanah jalikan, campuhakêna ulig, yeh jun tanêg, ma. lamun saking tanah têpen [14a] ujan balês, sakit basange syanu, yan tan sakit tanah têpen ujan balês, tan sakit basange syanu, têka êmpêt waras, 3. kedêp siddhi mandi mantranku.

Pañêsêh ari-ari grita, sa, taluh siyap abungkul, ngêmpug cêpolang ring dadasar, tibakin yeh angêt ne gêmulak, raris inumakêna, taluh ika untal, dadasar ika rinajah, ma. Om sang bhuta angadang, maring gwa garbane syanu, sira sang bhuta tustundung, sira sang bhuta kakawah, sira sang bhuta ari-ari, sira sang bhuta ambah-ambah, kabeh sira sang bhuta, tututin kakanta, sang rare cili, suwe sira sang rare cili, ngantos sira, ring lêmah, bapa babunta, age sira [14b] den agêlis, prapta sang gagak bhirawa, harêpana katêmu maring sira, mêtu 3, cok bor, 3. mudul kadi tikus, angulati lakine, cêlos cuwas, 3. Iki rarajahan dadasare.
Nihan tamba sarab, iñja kawasa, yanya pagontol, sa, Om brahma, Om kul, wuntêng bawang, adas, uyêg, olesakêna.

Ta, yan twara ñak ring nasi, lolohnya, sa, biyu krutuk ne nasak, wuntêng cêkuh, don sandat, 3, bidang, bawang adas, ma. Om di madidih, mulih maring basang madidih, waras waras ring ngiso, yah, 3, kedêp [15a] siddhi mandi mantranku.

Ta. sawan, yan agrah makalêmah, sa, kapkap, isên, bawang, sêmbar raganya makaukud. Yanya êmbêt ñêm, sêmbar wêtêngnya, sa, bangle lan kasuna jangu.

Nihan usug sawan, sa, don kelor munggi, wuntêng bawang, lêngis tanusan, kêpêl awaknya makaukud.
Ta. sawan tangis, sa, obat, pees gadubang, basmakêna bilang sandi, ma. Om sasak sawan kabeh, salwiring sawan salabyanya swaha, mêtu denya sawan kabeh, lah poma.

Tingkahing sawan naga, kliyad-kliyud, tur nguyang, cangkêmnya ciplak-ciplak, layahnya sêler-sêler. Ta, nya, sa, padangalya sakamulan, myana, masui, trikatuka, [15b] wêdakakêna. Maka usugnya, sa, don kelor, kasuna jangu, yeh cuka, tasik têlung kupak, maka lolohnya, sa, gamongan, inggu, cêkuh, 3, iyis, sari kuning, mêñan.

Pangunduran sawan, sa, intaran sakamulan, kasuna jangu, cakcak, pet bangkêtnya, inumakêna, ampasnya wêdakakêna, ma. Om sawan sawiwit, sawan bantang, sawan jêjêt, sawan lilit, sawan lutung, sawan bojog, sawan bukal, sawan têgahan, sawan deûti, acêp-acêpan, kagêsêng denira bhatara Brahma, Om gêsêng, salwiring sawan kabeh, têka gêsêng, 3.

Malih loloh sawan, yanya ngêmbêt ring wêtêng, sa, kapkap, [16a] don paya puwuh, katumbah, kuñit, lunak, uyah, pet bangkêtnya, raris dadah lêpahang, wus embon dêgdêgang, êningnyane inumakêna. Maka sêmbar pusêrnya, sa, inan kuñit, makikih, mêñan, gula jaka, tambusin. maka lolohnya, sa, muntis sakamulan, lunak, bêjêkin uyah, prasama panggangin, kuñite tambusin, kêtan gajih, bangkêtnya inumakêna, ampase anggen sêmbar laranya maka sami. Maka papusêrnya, jêbugarum, jangu, kulit pangi, prasama gêsêng, adêngnya campuhakêna, raris uyêg, prêsin bangkêt kuñit, pees gidubang, tampêl pusêrnya.

Ta. rare êmbêt, yanya [16b] kêbus ring wêtêngnya, sa, buah dalima ne dadah, muñcuk kasimbukan, ne putih, bawang matambus, adas, pulasai, sêpêt-sêpêt, galih jatunya, tahapakêna. Sêmbar sikûikanya, rauh ka tulang giying, tulang cêtik, dening, sa, don ñambu renteng putih, rauhing krikan carangnyane, bawang adas, bras bang. Tutuh irungnya, sa, tuwak kasimbukan, bêjêkin untêng bawang matambus, raris saring, êningnyane tutuhang, nging durungnya nutuhang dayuhin tutuh ika sawêngi.

Nihan patêngêran lare iñja, yanya ngutah mising, nga. iñja pêpêrak, ada kêntêl ada eñceh, ta, sa, akah padang kalamêñca, isin tingkih, bawang [17a] adas, bangkêtnya inum. Yanya bêsêh ring awak mangêbêng-êbêng, rauh ka batis, nga, iñja inggu brahmà, ta., sa, rwaning kasambi têkaning babakanya, pangi, sakamulan, katumbah, isen, gamongan, wêdakakêna.

Yan akuru laranya, nga. iñja pusuh, ta, nya, sa, rwaning pepe, bawang adas, majatu tain kêbo, wêdakakêna.
Malih sasuhuk iñja, sa, yeh asibuh, kêtisin sugiang inum, pada maping 3, ma. ih iñja ong iñja naga, iñja lilit, iñja gantung, aja kita manglaranin i barak, iñja blatuk, iñja gêtih, aja manglaranin i barak, iñja brahma, iñja bañu, aja anglaranin i barak [17b], apan aku wruh ring kadadenta nguni, mêtu kita ring dasar pritiwi, ring dasar kawah agung, ung ang tumurun bhatara Agni, angsêng akuweh iñja, tumurun, ung mang tumurun bhatara Iswara, angurip anambanin i barak, lah ta urip 3, siddhi mandi mantranku. Wêdak iñja, sa, don kalayuan, don têlêng, katumbah, yeh cuka.

Ta. iñja keskes kores, bêngêl gênit, wêdaknya, sa, don ñambu wer, isen, kuñit, katumbah, 3, bêsik, pulasai, sami krusuk, wêdakakêna.

Ta., iñja gatêl, sa, don sotong, panggang, isen, kuñit, katumbah, miñcid dêha, ulig, wêdakakêna.
Wêdak saluwiring [18a] iñja, sa, don basa-basa, panggang, isen, katumbah babolong, sêpêt-sêpêt, samparwantu, trawas, miñcid dêha, wêdakakêna.

Ta, iñja, sa, don paya puwuh, gamongan, isen, katumbah, pulasai, iñja-iñjahan, prasama kikih, ulig, wêdakakêna.

Ta. iñja pagontol mwang bêsêh, sa, ong brahma, ong kul, bawang adas, wêdakakêna.
Malih, ta, iñja pagontol, sa, umbin yangbubu, kulit waluh pahit, tuñjêl, adêngnya uyêg ring pees gadubang, olesakêna laranya.

Ta, iñja bêngka, sa, rwaning paya puwuh, gamongan, kuñit, adêng balulang kêbo, [18b] jatunya, iñja-iñjahan, cakcak, pet bangkêtnya, tahap.

Ta, iñja bêngka, sa, akah biyu gêdang saba, akah bayêm barak, bawang adas, kêtan gajih, tahap.
Ta, iñja mising, sa, pusuh dalima, untêng kuñit, sintok anggen jatu, iñja-iñjahan, pet bangkêtnya, tahap.
Ta, iñja mising, sa, biyu krutuk ne nguda, bungsil ñuh barak, bawang adas, sêpêt-sêpêt, pet bangkêtnya, tahap. Ampasnya anggen uwap, jatonin babakan sêntul, mwang tampêl ring tulang cacêtiknya.

Ta, iñja mising nanah gêtih, sa, isêp nanah, isêp gêtih, babakan tui putih, akah têlêng putih, bawang adas, [19a] miñcid deha, pet bangkêtnya, tahap. Ampasnya anggen uwap.

Ta, iñja tan harêp amangan, sa, muñcuk wadani, muñcuk kasimbukan, muñcuk pañcarsona, kapanggian tis, untêng gamongan, isin tingkih, tahap. Malih, ta, lare watuk, sa, baluntas sakamulan, bawang adas, tahap.
Ta, lare mawatuk, sa, santênkane, asêm lunak, êtum, tahap.

Ta, iñja tiwang sawan, sa, paya puwuh sakamulan, isen, gamongan, bawang adas, inggu, yeh juuk, tahap. ma, ih bhatara Guru, ingsun añaluk larane syanu, ingsun anambanin lare tiwang sawanên, salwiring tiwang sawan, langkuwas [19b] pamunah tiwang, lampuyang pamunah sawan, bawang tambus aku neûti, adas panglêburanta, juuk maka pangurip bayune syanu, apan syanu anak bhatara Guru kapupug kalêbur lara patakane syanu, siddhi waras wastu ya nama swaha.

Ta, sawan tiwang, sa, base tampinan gênêp, kasuna jangu, pakpak, bangkêtnya basmakêna, ma. ih lawas, lawas, ara kami, bhuta lombok, tanu kami, bhuta lomboke to kami, waras, 3, sidhi mantranku.
Yan pulês lêplêp, nga, iñja gagêt, ta, nya, sa, kalampuak, tasik irêng, wêdakakêna.

Ta, iñja grah, mamalêman, sêmbarnya don sêmbung, tasik 3, [20a] kupak, sêmbar raganya kabeh.
Yanya sakit silitnya, tur mêtu rah nanah, nga. iñja kuliran, ta, nya, sa, lublub carang waru, bawang matambus, adas, bras bang, jatonin tain jalati, santên kane, tahapakêna. Maka uwapnya, sa, don kapas taun, bawang adas, sêpêt-sêpêt, pamor, miyeh jun tanêg.

Malih yan mêtu rah ananah tur madidih, nga, iñja sumsum, ta, nya, sa, akah êntal, akah glagah, bawang matambus, adas, sêpêt-sêpêt, bras bang, jatonin tanah batan sanggah kamulan, tahap.

Yan angutah mising, nga, iñja galira, ta, nya. sa, babakan juwêt sakamulan, kêtan iñjin, pada majumput, [20b] bras bang duang jumput, cakcak, bêjêkin bawang matambus, malih prêsin yeh sambuk kalungah, apang bukêt raris dadah, gula makrik ban sidu, di sembene, akikit, raris irag, tahapakna.

Yan lare kuat amangan anginum, nging awaknya brag ngarigis, wêtêngnya kêmbung, nga, iñja gragêt, sa, bañun iñjin, lêngis dêgdêgan, gêtih siap sêlêm, pada keh takêhnya, raris campuang, irag, raris pakinêmin, nging dewasain nangkan kajêng kliwon, makinêm ping têlu maka sañja, ma, Om limur ring ati, muwaras, 3, Om muryang, mursyah, 3.

Pamuug lare bêsêh, sagênahnya mwang iñja, sa, don kapaspasan, [21a] don bamabang, adas, ulig, wus amantra urapakêna ring bulun siap, ma, Om prawatêk dewata paum, bhatara Guru nora ditu, sing têka wurung, 3. lêkasakêna, kawasa.

Malih yanya bêsêh socanya, apang êda lamur, mwang kutikan, sa, babakan juuk linglang, mwang kulitnya, buahnya, anggen jatu, isin tingkih jêntung, kuñit ayis, ulig agigis, pakpak raris sêmbar, ma. Om batu putih, tumbuh di têngah sagarane, gêtih mapupul, bañêh mapupul, têka punah, 3, syah galah apadang.
Malih, ta, nya, sa, umah kalisasuan, untêng bawang, adas, ulig, urapakêna, japain, [21b] mantranya kadi ring arêp.

Ta. iñja brahma, sa, tanah panasar waton, bêjêk ring yeh añar, inum, ma, ih rare anêmu syah, brahma muksah, iñja muksah, muksah iñjane syanu, têka muksah, 3.

Yanya uyang sada sêbuh awaknya, nga, iñja lêkêd, ta, nya, sa, sembung ati, untêng bawang, adas, tasik arêng, jatunya, bênang pêlung sacêngkang, lêbokakêna ring lolohe, raris bêjêk, tahapakêna.

Ta, iñja leplep, sa, bawang tunggal, 3, bêsik, goreng aji lêngis tanusan, olesakêna, wus maoles, simbuh aji don undis, don sidawayah, mañahñah, [22a] katumbah, 3, bêsik, sêmbar.

Yan ring sirah mananah, nga, iñja wawatih, ta. nya, sa, akah tampak liman, akah siligui luh muani, akah padang lêpas, akah padang blulang, bayêm lalahan, isêp nanah isêp gêtih, kapanggian tis, sêpêt-sêpêt, cakcak raris tambus, tahapakêna.

Yanya madidih tainya, tur ya putih, rauhing tainya, nga, iñja ujan, ta, sa, iñja ilut, bawang adas, inum.
Yanya barak tainya, nga, iñja turut, ta, nya, sa, akah bayêm barak, bawang adas, kêtan gajih, tahapakêna. Maka sêmbar basangnya, mwang tulang giyingnya, rauh ka sikûikanya, sa, bras mês, batun nangka bubuh, [22b] sêkar jêpun, bawang adas, isin tingkih.

Yanya grah awaknya, tur bêngka wêtêngnya, mwah pajêlêjêh awaknya, ika, nga, iñja turut kambuh, ta, nya, sa, don lima, katumbah, uyah, sêmbar mak kabeh, ma. Om ang mursyah, 3, swaha.

Yanya grah awaknya, tur ya kiyad-kiyud, awaknya biru, rauh ka soca, nga, iñja naga, ta, nya, sa, sintok mapanggang, bras bang, wêdakakêna ring raganya sami, maka tamba inumnya, sa, akah pepe, akah êntut balu, bawang adas, tahapakêna.

Yan barak muñcuk layahnya, ika, nga, iñja kaliaga, sa, ulêd biu, santên kane, damuh, tambus, suba embon, prês, campuhin yeh [23a] tombong, tahapakêna.

Ta, lare anangis tur pêjêt, krik wêtêng lêmah, tulis tundunya, aji pamor, mantranya tinulis, ma. a. 3, alimah-alimuh, 3, swaha, 3, mursyah, 3, galang apadang.

Ta, lare kêlar ngutah, ngluah twara êmbang sadina, ika, nga, iñja sawan sarab riyak, ta, nya, sa, cêkuh, kuñit, katumbah, majakêling, uyah, cakcak, raris tambus, tahap. Maka simbuh ulun atinya, sa, buah jêbug, mapanggang, lan sintok.

Ta, iñja curêk, sa, kuñit warangan, kasuna jangu, ulig, pet bangkêtnya, raris tum, tutuh kupingnya.
Ta, curêk, sa, inan kuñit matambus, kulit buah [23b] jêbug, tutuh kupingnya.

Ta, lare siksik, sa, kraras biu kayu, malih batune di tengah tukade, toktok ditu jalan mula, olih pada timpalnya kêpihannyane juang, lablab apang lêpah, isen kapur, 3, iyis, donnya, 3, bidang, simbuh ngasai, mwang sugiyang.

Yen siksike ngambah ka mata, haywa nglablabina tambane kadi ajêng, wênang anggen pupur muanya, mwah papilis alisnya dening bungan pucuk lamba, rajah kadi iki.

Malih, ta. siksik, sa, don bungkak nyingnying, lublub tingkih, sêmbar ring gênahing laranya, ma, Om sêlêr-sêlêr silalar, arêp akukubon, ênduh kita da ditu, [24a] don bungkak nyingnying, lublub tingkih, angundurana kita, muksah kita, muksah, waras, 3.

Ta, lare pêcehan, tan êmbang, tur malompo-lompo, sa, gêtih siap biying, matunu, wus lêbêng, uyêg mapêpês, yeh juuk mapanggang, urapakêna, ma. pandusanira bhatari Durga, kinabur tanana lêtuh.

Ta, mata rusak, sa, mênuh sakamulan, galih 21 bêsik, ulig, olesakêna, ma. angadêg tejan matane syanu, lunggahing gadung sêkaring sempol, maka pangundur anêmu mundur kita, pritiwi kabeh, iridakêna sanak putunira kabeh, têka luwar, 3.

Iki pamlasan rare, nga, yanya sêdêng larene mabêlas, wus [24b] mangkêp wulananya, mwah wotonanya sêdêng bêlas, samalih dinane mabêlas, wênang anuju tulus, mwang guru ning was, nga, sa, yeh mawadah sibuh, lêbokakêna sêkar jêpun, 3, katih ne tilêh, wusnya ngamujain toya ika, katisang aji sêkar jêpune, ne akatih, anggen ka pipis, mangêtisin larene, maka têlung katih, anggon bungane, pada mapisan, dadi makêtis pang 3, smalih wus makêtis, wusan larene manginum, ping 3, raris suginin ping 3, wusnya sisahang toya ika akêdik, pacang mauyêg gulane, jatunin pamor, pacang mangolesin muñcuk ñoñone, wusanya turuhin [25a] sapisan, uli di sirah larene, antuk yeh ane di sibuhe, malih sêkar jêpune sibak pah dua, ne akatih, sêkarin kuping larene, pada masibak, ne duang katih malih blasang, bok larene gantungin akatih, plangkiranya akatih, iki pujanya ma. meh wibuh, 2, meh biu, aja ta sira eang, ring ingsun, ingsun asasanan awak sarìra kami, poma, 3, sira arin ingsun, tan engêt ring susuning ibu, poma, 2.

Nihan mantran cêkehan, sa, wênang, ma. ura-urêk gatêlku mati, hêêp, 3. Iki kakambuh, linggan bhatara, sa, lontar rinajah, sêmbar dening trikatuka, gantungakêna [25b] luhuring aturu kawasa, buntil ing arêp kawasa, iki ta rajahan lontar iki. puput.

Kaketus saking: Sastra Unud

Jumat, 25 Mei 2012

Lontar Usada Buduh


Lontar Usada 



Halaman 1b
Iki kaweruhaknà salwiring larà edan. Ta , salwiring larà edan, sa, toya añar, sêkar jêpun, bras galih 11 batu, peresama lebokaknà ring sibuh, wus pinuja maktis masugi mainem pada, ping 3, karinya raris turuang ring wang agering, tingkahe mangeregep mantra deleng ikang toyà, patitisaken sang Hyang Tigà, tunggalang ikang rwà bineda, ring tutunging geranantà, de nà pageh jugà, yan katon galang sekadi awun-awun, nga, rurusàkna den pasti, arisang bayune, nga saikà tingkahnyà, ma, Ih Bhabhu Kamulan, ingsun añaluk têtamban lara edan, bhabhune syànu salah eton, angelipùr ring ati muwaras, 3. Sidi mandi sapanku maring syanu muwaras.

 Terjemahan:

Ini pengetahuan segala penyakit gila. Obat segala macam penyakit gila, sarana. Air putih yang baru, bunga kamboja, 11 biji beras galih (beras yang tidak patah), peras dan masukkan ke dalam sibuh ( bagian dari tempurung kelapa kecil), setelah dipuja, dipercikkan, diraupkan, dan diminum 3 kali, sisanya usapkan pada orang yang sakit. Pada saat membacakan mantranya, mata tertuju ke air itu, pujalah Sang Hyang Tiga, satukan rwa bhineda (dualistis) itu, di ujung grananta (hidung), dengan sungguh-sungguh, jika terlihat terang seperti awun-awun namanya, luruskan dengan pasti, pertaruhkan tenaga kita. Namanya. Demikianlah keadaannya, mantra: Ih Babu Kamulan ingsun anyaluk tetamban lara edan, babune si anu maor usuasa, karusakena panone si anu salah oton, pangelipur ring ati, muwaras, 3, sidi mandi sapanku maring si anu, muwaras.

 Halaman 2a

Ta, edan matembang mwang anambat dewà, sa, kunyit warangan, katumbah, uyah areng, mangge loloh, mwang tutwang ring netera mwah ring irung. Wus mangkanà, malih pakinemin, yeh kalungah nyuhnya mulung. Ta, edan manangis raina wngi, tur pati sàmbat-sambatin, sa, bungsil ñuhña mulung, mwang akahnya ne nguda, jit bawang dadwà, adas dadwà iñjin, taapàknà. Ta, edan krêng idêh-idêh, ikà, nga, edan kabintêhà, sa, kelor munggi sakàmulan ksawi sakàmulàn, jêbugàrum, tri katukà, weh cukà, iki mantran tamba mwang odak, ma, ong astu-astu ya nama swahà,

Terjemahan:

Obat penyakit orang gila dengan ciri bernyanyi-nyanyi dan menyebut-nyebut nama Dewa. Sarana: Kunir (Curcuma domistica VAL) yang warnanya kemerah-merahan, ketumbar, garam bercampur arang, dipakai jamu, masukkan setetes ke hidung dan mata. Setelah itu kembali diminumkan air kelapa muda dari jenis kelapa mulung (kulitnya hijau, sabut di bawahnya berwarna merah). Obat orang gila dengan ciri menangis siang malam sambil menyebut-nyebut nama seseorang. Sarana: putik kelapa nyuh mulung dan akarnya yang masih muda, pantat bawang dua biji, adas (Foeniculum Vulgare MILL) dua biji, dan ketan hitam, minumkannya. Obat orang gila dengan ciri suka pergi kesana-kemari. Sakit itu namanya edan kabinteha. Sarana: ketumbar 25 biji, asam tanek (asam dikukus), gula enau, santan kane (kental) minumkannya. Sebagai bedaknya, sarana: kelor munggi (Moringga Oleifera LAMK) setangkai, setangkai kesawi , pala, tri ketuka (bawang merah, bawang putih, dan jerangan), air cuka. Inilah mantra obat dan borehnya, Mantra: Ong
asta astu ya nama swaha,

Halaman 2b 

ala-ala, ili-ili swahà, sàrwa bhuta wistayà, sarwa gudna wini swahà, ah astu, 3. Ta, edan kreng agaguyonan mwang kedek, sa, payà gamongan, katumbah, tri katukà, weh cukà, taapàknà. Malih wdaknya kabeh, sa, kelor munggi, intaran, prasamà carmanya, liliguddhi 9 muñcuk, ra, umbin gadung, tri katukà, weh cukà, ma, ong edhan-edhan anamà swahà, waras. Ta, edan kreng malali tai, sa, sulasih sakamulan, myana, cmêng, mwang buyung-buyung, prasàma donyà, wusnyà maulig bêjekin sidêm mwang sêmute nungging, tutuhaknà ring soca têkaning kardanya. Ta, edan yan ia yadyan makatà nadyan kreng tdun, sa, kelor munggi, ksawi, bawang adas, tri

Terjemahan:

ala-ala ilili swaha, sarwa bhuta wistaya,sarwa guna wini swaha, ah astu ya astu, 3. Obat orang gila dengan ciri suka tertawa dan melucu, sarana: Paria lempuyang (sb Zingiber), ketumbar, tri ketuka, air cuka, minumkannya. Lagi borehnya semua, sarana-sarana kelor munggi,intaran bersama kulitnya, liligundi ( vitele trivolia ) 9 pucuk daun, Ramuan-ramuan umbi gadung (dioseoria hirsuta ), air cuka teri ketuka, Mantra : Ong edan-edan a nama swaha waras. Obat orang gila yang suka bermain kotoran ( tinja ). Sarana-sarana setangkari sulasih, ginten hitam dan buyung-buyung ( sejenis perdu bunganya seperti lalat ), bersama daunnya. Setelah diulek remasi sidem (semut hitam ) dan semut tungging teteskan di mata sampai telinganya . Obat sakit gila dengan ciri suka berkata aneh dan suka turun . Sarana: kelor munggi , kesawi, bawang, adas , tri

Halaman 3a 

katukà, taapàkna, mwang tutuang ring irung têkaning netrà, ma ma, ong hyang astu ala-alà, ili-ili, sàrwwa brang grang wini swahà, waras. Ta, edan kreng ayan, sa, paci-paci rauhing sakarnya, ngalap aywa ngalawati, daging tingkih, jebugàrum, jangu, musi, krawês, taapàknà, ampasnya anggen wdak, ma, ong sang Dpada angumbang ring sàkti, lwaraknà banyu wus wasane syanu, munduranà kità denàglis, mundur kità wetan , kidul kulon loring tngah, mêtu ngambah ka bagà purus. Ta, edan pati kacuh mwang pati jelamut, ikà nga, edan kabintêhà, sa, mica putih maulig, miyeh jruk, ra, bêjêkin sidêm, hningnyane tutuang ring socà, ring kardna, ring irung, saikà wusnyà pinuja, malih

Terjemahan:

ketuka, minumkannya , dan teteskan pada hidung sampai mata . mantra-mantra : Ong hyang astu ala-ala ili-ili sarwa brang grang wini swaha, waras. Obat sakit gila yang sering disertai epilepsi , sarana : paci-paci (sejenis perdu berbatang kering berdaun lancip dan kasar ) beserta bunganya, memetik jangan menginjak bayangan kita, isi kemiri , pala , jarangan ( Acous Calamus LINN ) , mungsi ( Carum Copticum BENTH ), dicampur, minumkannya, ampasnya pakai boreh . Mantra : Ong sang Depadaa angumbang ring saksi, luarakena banyu wus wasane si anu, mundurana kita den agelis, mundur kita wetan, kidul kulon lor ring tengah, metu ngambah ke baga purus. Obat orang sakit gila dengan ciri ngomong tidak karuan dan sering mengambil barang yang tidak berguna ( pati jelamut ) , nama penyakit itu edan kabinteha, sarana : merica putih diulek , dengan air jeruk . Ramuan : uleni dengan semut hitam ( sidem ), beningannya teteskan pada mata , telinga , pada hidung. Setelah dipuja lagi

Halaman 3b 

tutuh irungnyà, sa, bawang putih, 2, micà putih , 2 wehnya asaban cêddadà, toya ning jrok, pada kwehnya, hningnya ika tutuhaknà ring irungnyà. Ta, edan yanya krêng pules, tur tan enak amangan anginum, sa, sdah tmu rose 7 bidang, rinajah klar, mica, 7, bsik, uyah, taapakdà, ampasnya anggen sêmbar angganyà makàwukud. Ta, edan yannyà pati dulame, nadyan ia krêng manangis tani karwan-karwan, raina wngi, sa, ñuhñya mulung, tingkih jêntung, tingkih bnêh pada mabsik, bawang, bawang musi, katumbah, tutuhaknà ring irung, ring netra, mwang ring kàrdna , ampasnya anggen wdak angganyà sami. Ta, edan yanya galak ring sesamania kinambehan, sa, kapkap tmu rose, marajah kaye iki:

Terjemahan:

tetesi hidungnya, sarana : bawang putih 2 biji, merica putih 2, air dari gosokan cendana , air jeruk yang bening , banyaknya berimbang . Beningnya itu teteskan pada hidungnya . Obat sakit gila dengan ciri suka tidur dan tidak enak makan serta minum , sarana : 7 helai daun sirih yang urat daun kiri dan kanan bertemu di tengah-tengah , dirajah seluruhnya , 7 butir merica , garam diminumkannya . Ampasnya dipakai menyemburi seluruh tubuhnya . Obat sakit gila dengan ciri suka meratap,menangis tidak karuan, siang malam, sarana : kelapa mulung , kemiri jetung ( biji buahnya satu ) , kemiri biasa , sama-sama satu biji , bawang , mungsi , ketumbar , teteskan di hidung , di mata , dan di telinga . Ampasnya dipakai membedaki seluruh badannya . Obat orang sakit gila dengan ciri galak terhadap semua orang, sarana : daun sirih tua temu rose, dirajah /gambar seperti ini :

Halaman 4a 

katumbah, musi, pada, 3 besik, isen, 3, iris, tutuhaknà ring irung , mwang ring kàrdna, ampasnyà anggen wdak angganyà sami. Ta, edan yanyà krêng ngigêl sambil matêmbang, sa, sêmbung bangke sêmbung gantung, liligundi, intaran, presama sakàmulan, tri katukà, weh cukà, hningnyà tutuhakna ring kàrdna mwang irung, ampasnya anggen pupur mwang wdak, ma, ong arah-àrah grêhà, ah teka sidhi swahà. Ta, edan matêmbang-têmbang raina wngi, sa, kejanti, cekuh, gamongan, bangle, jae, mica, tri katukà, bawang, isin rong, weh cukà, sidem, tutuhaknà ring kardna, ring irung, ampasnya anggen wdak. Ta, edan, yan ya ngamil-mil, sa, lengàwangi, sulasih

Terjemahan:

Ketumbar, mungsi sama-sama 3 biji, lengkuas, 3 iris, teteskan pada hidung dan telinga, ampasnya dipakai membedaki seluruh badannya. Obat sakit gila dengan ciri suka menari dan bernyanyi, sarana: sembung bangke (jenis tanaman perdu yang tumbuhnya merambat, daunnya panjang dan runcing), sembung gantung, liligundi (vitek tripolia), intaran, bersama akarnya, tri ketuka, air cuka. Beningnya dipakai menetesi telinga dan hidung, ampasnya pakai bedak dan boreh.. Mantra: Ong arah-arah greha ah teka sidhi swaha. Obat sakit gila dengan ciri bernyanyi-nyanyi siang malam , sarana: kejanti, kencur, lempuyang, bangle (sejenis temu rasanya pedas, pahit, bau kurang enak), jahe, merica, teri ketuka, bawang, sinrong ((rempah yang biasa dipakai parem), air cuka, sidem (semut hitam pohon). Teteskan pada telinga, pada hidung. Ampasnya pakai bedak. Obat orang sakit gila dengan ciri suka mengulum sesuatu, sarana: minyak wangi, sulasih

Halaman 4b 

mrik, musi, krawis, puhaknà ring irung mwang ring kardna, ampasnya anggen wdak, ma, ong arah-àrah, wayamadisa, wagradna, wiswahà. Ta, edan, yanyà bsêh basangnya, sa, liligundi, antawali, musi, jêbugàrum, weh cukà, madadah, taapàkna, ma, ong arah-àrah, yà atutur-tutur, namah swahà. Ta, edan tur mangbus, sa, siligwi lanang wadon, tampak liman, gelagah, lalang, kesimbukan, ikà prasamà ngudan akahnya mangge, carmmàning akah kendal, pulasai, gintên cmêng, bawang adas, spêt-spêt, lulub lublub dap tis, lublub kendal, baligo arum, tombong atbih, bras bang, pinipis, tum apang lepah, wusnya ratêng dagingin we tbu cmêng, matambus hningñàne, tutuhakna

Terjemahan:

wangi, mungsi, dicampur. Teteskan pada hidung dan telinga. Ampasnya pakai bedak, mantra: Ong arah-arah, wayamanisa, wagrana, wisuaha. Obat orang gila dengan ciri perutnya bengkak, sarana: liligundi, kantawali (tumbuhan menjalar dengan rasa amat pahit), mungsi, pala, air cuka didadah (digoreng dengan air), minumkannya, mantra: Ong arah-arah, ya atutur-tutur namah swaha. Obat orang sakit gila dan juga badannya panas, sarana: selegui laki perempuan tampak liman disebut juga tutup bumi (Elephantopus LINN), gelagah, ilalang, kasembukan (urang-aring), bersama akarnya yang muda dipakai, kulit akar kendal (sejenis pohon waru, ujung daun runcing dan buahnya kecil-kecil bergetah), pulasari (Alixia stellata R & N), ginten hitam, bawang adas, sepet-sepet (tumbuhan berbatang keras daunnya kecil-kecil lancip memanjang, salah satu jenis rempah-rempah), lapisan lendir pohon kendal, daun dapdap tis (Erythrina Varegita), kendal, beligo arum (lagenaria leucantha Rusby), segumpal tombong (kentos kelapa), beras merah, digilas dan dibuat tum (dibungkus daun lalu dikukus), agar masak sekali. Setelah matang, tuangi air tebu hitam yang dibakar. Beningannya teteskan

Halaman 5a 

ring kàrdna, ring netra, ring irung, mwah pakinemin, ampasnyà anggen wdak ring anggà makasami, mwah sembar sisin gidatnyà, satkàning sisin rambutnya mkà ilêh, sa, rwaning sandat ne kuning-kuning, katumbah, sari lungid, menyan madu, krikàn caddanà, ra, sintok, gamongan, bangkête anggen tutuh. Malih makà uwapnya wnang sarwwà ne êtis, wdak sukune sarwwa angêt, wnang anggen mantrain kàdi ring arep. Ta, edan swe, pangelaranya kaget ya ngêntah kaget ya waras, sa, isen 2 iris pdasare, rwaning wuku-wuku cmêng, musi, ampasnya kum ring cukà, mangkin dadahin benjangnyà wau inumàkna mwah tutukàkna ring kàrdna ring socà, ring irung, ampase anggen wdak. Ta, edan yanya krêng mangigêl

Terjemahan:

di telinga, di hidung, di mata, dan minumkannya. Ampasnya dipakai memborehi seluruh badannya, dan semburkan pada sisi dahinya sampai sisi seluruh rambutnya. Sarana: daun kenanga yang kuning-kuning, sari lungid, kemenyan madu, kerokan cendana. Ramuan: sintok (salah satu rempah), lempuyang, perasannya dipakai menetesi . Ada lagi sebagai uap ( boreh pada bagian tertentu seperti dada , perut bagian bawah ) segala yang tis ( sejuk ) . Boreh kakinya segala yang hangat pakai dan mentrai seperti di depan. Obat orang yang lama mengidap sakit gila , kadang kumat dan kadang ia sehat . Sarana: sebagai dasar 2 iris lengkuas , daun uku-uku / lampes / ruku-ruku ( Ocimum Sanctum LINN ) hitam, mungsi , ampasnya rendam dengan cuka , sekarang rebus , besoknya baru diminumkannya , dan teteskan pada telinga , pada mata , pada hidung . Ampasnya pakai bedak . Obat orang sakit gila dengan ciri ia sering menari
 
Halaman 5b 

sa, dausà kling sakàmulan, gulà jakà, tutuhakna mwang inumàkna, ma, ong paraatmà atmà-pariatmàsàrwwa gåêhà wina sidi swahà, waras, 3. Ta, edan, yan ya patikacuh, sa, salwiring wong ne tumbuh di bêten batune, bangsing kroyà, tri katukà, bangle, 7 iris, musi, weh cukà, jatunyà, bangkêtnya raris dadahin, wus mangkanà hningñane tutuhang ring kàrdna, ring irung, ring netra, ampasnya anggen wdak ring anggà sami, ma, ong larà muksah tutur remut, 3, andhuhkità manongosin, jadmà manusà malwaran kità, tan pamêngan, mulih kita saking panangkan kita rawuh, ong bayu tka lara lungà, waras. Ta, edan yanya majarang takut, sa, wding kakarà bang, kakarà putih nghing ne suba tawunan

Terjemahan:

sarana: dause keling ( tanaman pagar berbatang keras , buahnya kemerah-merahan ) bersama akarnya, gula enau , teteskan dan minumkannya, mantra: Ong paraatma atma pariatma, sarwa graha wina sidhem swaha, waras, 3. Obat orang sakit gila dengan ciri sembrono tak menentu , sarana : Segala jamur yang tumbuh di atas batu , akar hawa keroya / beringin ( Eicus Benyamina LINN ) , teri ketuka , bangle 7 iris , mungsi , air cuka , intinya . Air perasannya kemudian rebus , setelah itu beningannya teteskan pada telinga , pada hidung , pada mata . Ampasnya dipakai memborehi seluruh badannya, mantra : Ong lara muksah tutur remut, 3, anduh kita manongosin, jadma manusa maluaran kita, tan pamangan. Malih kita maring panangkan kita rauh sang bayu teka lara lunga waras. Obat orang sakit gila dengan ciri menunjukkan rasa takut, sarana: akar kekara (Dilicos Labb LINN ) sejenis kacang-kacangan buahnya agak pipih ) merah, kekara putih, tetapi yang sudah berumur tahun.

Halaman 6a 

ngamet aywà nglawatin, bawang adas, prêsin juwuk hningñane raris tutuhaknà ring kardna, ring irung, mwah pakinmin, ampasnyà anggen wdaking angganyà sami. Ta, salwiring edan, sa, bangkêt gamongan, tain kbo cmêng, mawadah da dasar, dadasar ikà rajahaknà mapinda kbo, ma, ong ra nini padukà bhatàrì Durgga, ingsun añaluk tatamban larà edan swe nu, apan àku mawarah, siddi sapùjanku mandi waras. Malih makà tutuhnyà ring socà mwang ana ring irung, sa, gamongan rajah kayeki “Ong Mang Ddang”, bangkêtnyà dagingin bêbêk micà, masaring, malih, sa, cekuh marajah kayeki: “Mang Ong Wa” bangkêtnya tutuhaknà. Malih, sa, bangle, marajah kayeki: Mang Ung Eng” bangketnyà tutuhaknà. Ta, salwiring edan, sa, myanà cmêng sakà

Terjemahan:

memetik jangan melewati bayangan kita, bawang adas , diperasi jeruk . Beningannya teteskan pada telinga, pada hidung, dan minumkannya . Ampasnya dipakai memborehi seluruh badannya . Obat segala sakit gila , sarana: air perasan lempuyang , kotoran kerbau hitam , memakai alas, tempat itu dirajah ( gambar ) berupa gambar kerbau . Mantra: Ong ra nini paduka bhatari Durga, ingsun anyaluk tatamban lara edanne sue nu, apan aku mawarah, sidi sapujanku mandoi waras. Ada lagi sebagai tutuh ( tetes ) pada hidung dan mata, sarana : Lampuyang dirajah seperti ini perasan airnya isi serbuk merica yang disaring . Ada lagi sarana : kencur dirajah seperti ini: bangle dirajah seperti ini : air perasannya diteteskan. Obat segala penyakit gila, sarana: ginten hitam, sepohon

 
Halaman 6b 

ring mukanya. Ma, ong kaki cmêng, angundurang larà edane , syanu, angimùt-imùt ring jroning ngatine syanu, aku angruwek maring jro wtênge syanu, sing tka pupug punah, sing lunghà, sing tka, pada pupug punah, 3, kedep siddi mandi mantranku, tlas, malih yan tan lwar raranya, sa, bangkêt isen, adas, uyah arêng, taapàkna, ampasnya sembaraknà ring angganyà sami.
Ta, edan salwiring edan, sa, gamongan we jruk, tri katukà, uyah arêng, taapaknà, ma, ong sang bhagà purus wisesà, singà nglaranin bhagà puruse syanu, sirà apurusit, maring syanu, aku wruh ring kamulantà nguni matantà tngên sanghyang Raditya, matantà kiwà sanghyang Ràtih, kàdi pêpadangane sanghyang Raditia, sanghyang Ràtih, kadi pepadangane sanghyang Raditia, sanghyang Ràtih, samangkanà pe

Terjemahan:

garam arang , minumkan dan teteskan pada mata, pada hidung. Ampasnya pakai bedak pada mukanya. Mantra : Ong kaki cemeng, angundurang lara edane si anu, angimut-ngimut ring jeroning atine si anu, aku angeruek maring jero wetwnge si anu, sing teka pupug punah, sing lunga, sing teka, pada mapupug punah, 3, kedep sidi mantranku, telas. Ada lagi jika sakitnya tidak sembuh, sarana: air perasan lengkuas, adas, garam arang, minumkannya. Ampasnya disemburkan pada seluruh badannya. Obat sakit segala penyakit gila, sarana: lempuyang dan air jeruk, teri ketuka, garam arang, minumkannya, mantra: Ong sang baga purus wisesa , sira ngelaranin baga purusa si anu, sira apurusit, maring si anu, aku weruh ring kamulanmu nguni, matanta tangen sanghyang Raditia, matanta kiwa sanghyang Ratih, kadi pedangane sanghyang Raditia, sanghyang Ratih samangkana pe-

Halaman 7a 

padangane, matane syanu, byar, 3, biar cali ring hning. Ta, salwiring edan, sa, manuri, undur-undur, sami dinñane kuning-kuning, gamongan, lunak tanêk, isin rong, ìnggu weh jruk, 1, lan uyah, dadah, taapàkna, mwah tutuhakna ring irung, ring kàrdna, ma, pukulun aranirà bhatàra Guru maha saktì, aku angunduraken bhatàra gannà, bantà wngi, bantà wgah, bantà papêt, aja siràengko anggel ring jro ragane syanu, mundur lunghà ko mangke pugpu-gsêng mpug sagudna pangaruhmu kabeh, sing tka gudna pugpug punah, 3, siddi mandi mantranku.
Ta, salwiring edan, sa, isin bwah rêrêk, bawang tunggal, weh cukà tutuhaknà ring irung, ring socà, ampasnyà anggen pupur ring mukanya, ma, ung arah-arah, nglimur ring àtimu waras.

Terjemahan:

padangane, matane si anu, biar, 3, biar cali ring hening. Obat segala penyakit gila, sarana: manuri, undur-undur, semua daunnya yang kuning-kuning, lempuyang, asam yang telah direbus, sinrong, inggu, air jeruk 1 biji, dan garam. Rebus dan minumkannya serta teteskan pada hidung, telinga, mantra: pukululun aranira batara Guru maha sakti, aku angunduraken batara Gana, banta wengi, banta weghah, bante papet, aje sira anta anggel ring jero ragane si anu, mundur lunga ko mangke pugpug geseng mpug saguna pangaruhmu kabeh, sing teka guna pupug punah, 3, sidi mandi mantranku. Obat segala penyakit gila, sarana: daging buah rerek (buah yang dagingnya berbusa bisa dipakai mencuci perak dan batunya hitam), bawang tunggal, air cuka, teteskan pada hidung, pada mata. Ampasnya pakai membedaki mukanya, mantra: Ung arah-arah, ngelimus ring atimu waras.

Halaman 7b 

Ta, saluiring edan, sa, gamongan marajah sakadi iki , malih cekuh iris tur rajah Malih, sa, bangle iris, tur rajah Malih sa, kapkap tmu rose abidang rajah: wus rinajah sami campuhang kang sawiji, mawor mica, 5 batu, muñcuk bwah tabyà bun, 3, musi, 3 , bsik, weh cukà, bangketnya, mwah tutuhakna ring netra, ring kardna, ring irung, ampasnya aworin tri katukà, ikà anggen wdak ring angganya sami, ma, ong, hyang mahyang, 3, ong manglimur ring ati, muwaras, 3, bañu mapupul, bhudeng mapupul, klingsih mapupulbuyanàti mapupul dohah mapupul, bàyu mapupul, ong sanghyang ayu ulihaknà bayu sabddà idêppe syanu, maho uswasà, mulih

Terjemahan:

Obat segala penyakit gila, sarana: lempuyang dirajah seperti ini lagi kencur diiris dan dirajah: .Lagi sarana: bangle diiris juga dirajah: lagi sarana: selembar daun sirih tua temurose dirajah, ma: setelah semua dirajah, gabungkan jadi satu, ditambah lima butir merica, tiga ujung lada, tiga biji mungsi, air cuka. Air perasannya diminumkannya, dan teteskan pada mata, pada telinga., pada hidung. Ampasnya campur teri ketuka. Semua itu pakai membedaki tubuhnya, mantra: Ong hyang ma- hyang, 3, ong manglimur ring ati, muwaras, 3, ang banyu mapupul, budeng mapupul, kelingsih mapupul, buyanati mapupul, dahah, mapupul, bayu mapupul, ong sang hyang ayu ulihakena bayu sabda idep si anu maho usuase, mulih

Halaman 8a

bayu pramanane syanu maring kadham swahà, waras, 3. Ta, salwiring edan, sa, rwaning katimahan, sakàmulan kacemcem putih, padhang kasisat, mica, 7, batu, ring sidem ajumput, weh cukà, inum mwah tutuhakna ring kardna, ring netra, ring irung, ampasnya anggen wdak angganyà sami, mantranyà, ong hyang pila-pilu, 3 ih tka bantà mulanta, sang kamà putih saking bapanmu, sang kamà bhang saking ibuntà, tutur si kità, aja lali ring syanu, mangke mamulyang maring ragà waluyantà manih, akweh kang amidenàna, wastu kità tan mandi, tan waras sakweh ki tà midenin, sabda idhepku ne siddhi mandi, waras, 3, ya, namah swahà. Ta, salwiring edan, sa rwaning myanà cmêng, 11 bidang, marajah rambut suddhamala, campuranyà,

Terjemahan:

bayu premanane si anu maring kadam suaha, waras, 3. Obat segala penyakit gila, sarana: daun katimahan (Kleinhopia Vosvita LINN) sampai ke akarnya, kecemcem (sejenis daun kedondong/ Spondias Dulcis FORST) putih, padang kesisat (rumput yang dapat dipakai sayur), tujuh butir merica, sejemput semut hitam, air cuka. Minum dan teteskan pada telinga, mata, dan pada hidung. Ampasnya dipakai membedaki seluruh badannya, mantra: Ong hyang pala pilu, 3, ih teka banta amulanta, sang kama putih saking bapanmu, sang kama bang saking ibunta, tutur si kita, aja lali ring si anu, mangke mamuliang maring raga waluyanta manih, akueh kang amidenane, wastu kita tan mandi, tan waras sakueh ki si ta midenin, sabda idepkune sidi mandi, waras, 3, ya namah suaha. Obat segala penyakit gila, sarana: 11 lembar daun ginten hitam dirajah rambut sudamala, campurannya
.

 
Halaman 8b 

musi 11 bsik, inggu, unteng bawang, adas, weh cukà, bangketnya inumàkna, mwang tutuhaknà ring irung, ring netra, ampasnyà anggen wdak ring angganya sami, ma, ong sang rambut suddhàmala, dhakonkon ayo langganà, lah sirà anambanin wong katpuk têgêh, kaparag maring bhutà kabeh, wastu syanu pùrdna punah, lênglêng bungêng edane syànu salah ton, lah waras, 3. Iko marànane, lah waras, 3, kedep mandhi mantranku. Ta, salwiring edan, sa, wonge nene daddi pangan marajah tunggang mnêng, rwaning bangle, rajah kadi iki: “Ong Ang Ung Yang, Ongkaramadu Ah nggah heh..nggang (ardacandra2x)” malih rwaning gamongan, marajah kadi iki: “Mang Ang Ongkaramadu Ongkarangadeg Ongkara” sa ba ta a i , malih mawor bawang adas, weh jruk, puhakna ring irung, ring kàrdna, mwang inumaknà.

Terjemahan:

11 biji mungsi, ingggu (zat untuk obat), inti bawang, adas, air cuka. Air perasannya diminumkannya dan teteskan pada hidung serta mata. Ampasnya dipakai membedaki seluruh badannya, mantra: Ong sang rambut sudamala, dakonkon aya langgana, lah sira anambanin wong katepuk tegeh, kaparag maring buta kabeh, wastu si anu purna punah, lengleng bungeng edane si anu salah ton, lah waras, 3, iko maranane, lah waras, 3, kedep mandi mantranku. Obat segala penyakit gila, sarana: jamur yang bisa dimakan beri rajah tunggang meneng, daun bangle, rajah seperti ini daun lempuyang dirajah seperti ini: sa ba ta a i, lagi dicampur bawang adas , air jeruk, teteskan pada hidung, pada telinga, dan minumkannya.

Halaman 9a 
(Iki rajah rambut suddhàmala). . . ampasnya anggen wdak makà sami, ma, ong, ra ninì padhukà bhatàri Dùrgga, ingsun añaluk tatamban larà, adane syànu, sama ta kang larà iku mùrdnanu pukulun, a, sirà walang àti apan ingsun mawarah siddhi saujar ingsun wastu syanu tka waras, 3. Malih yan larà edan krêng mamisuh-misuh, balyan, ika, nga, babainan, ta, sa, don pungut ne ngapit marggà, padha 3, bidang, don tabya bun dakep, 3 bidang, micà gundil, 3 bsik, sêmbaraknà larànya, wusnya raris pcik, wau ngenah peñàkitñà, cokot ampigang, iki sesapanya, ma, ih madra macah, sirà anikêp laràne I yono

Terjemahan:

Ini rajah rambut sudamala: Ampasnya dipakai bedak semua. mantra: Ong ra nini paduka batari Durga, ingsun anyaluk tatamban lara, edane si anu, sama ta kang lara iku murnanu pukulun, a, sira walang ati apan ingsun mawarah sidi saujar ingsun wastu si anu teka waras, 3. Ada lagi jika orang sakit gila suka memaki-maki dukun, itu namanya bebainan. Obat, sarana: daun pungut(tanaman liar di daerah tropis, sekarang dicari untuk bonsai) yang tumbuhnya mengapit jalan, sama-sama tiga helai, daun lada dakep (yang menjalar di tanah) tiga helai, tiga biji merica gundul, disemburkan pada yang sakit, setelah itu dipijit. Setelah kelihatan penyakitnya ambil tarik dengan cepat, inilah mantranya: Ih madra macah, sira anikep larane I yono
 
Halaman 9b 

dhen cokot krêtkekeng, 3. Ta, salwiring larà mawignà yapwan edan, bantà, mwang tiwang, lalêngdan, btêg, mwang ngarêrês, bangsel abuh, busung, ikà sami wnang karwat, sa, salwire marajah ongkarà. Bangle marajah: “Ang Ah”, cekuh marajah “Ong Mang” Gamongan marajah “Ongkaramadu Mang Drang” , isen marajah: Ah Ngah Kunit marajah: “Ongkaramadu” Temu tis marajah “Ngah Uh”, Nganga Bawang marajah: “Ang” Kapkap marajah , ikà samì pada mairis, jruk linglang, 1, rajah kadi yeki: “Ung Uh”, malih payà puh sakàmulan , donya merajah “Kang Kah”, Malih campurin majà kane majà kling, kêtan gajih, sari kuning, daging baligo arum, pinipis, weh asabañ candanà, pet bangkêtnya hningnya, tutuhakna ring irung. Pitêgês tambà ikà

Terjemahan:

den cokot keret kekrug, 3. Obat segala penyakit akibat gangguan, apakah itu gila, banta (infeksi), epilepsi, disentri, kaki bengkak, gatal-ghatal, beri-beri basah, lever, dan busung lapar. Semua itu harus diruat. sarana: semua dirajah: ong ka ra. Bangle dirajah , kencur di rajah: , lempuyang dirajah: . Lengkuas dirajah . Kunir dirajah . Temu tis dirajah . , bawang dirajah. . Daun sirih tua dirajah , semua itu sama-sama diiris. Sebuah jeruk linglang dirajah seperti ini , ditambah paria (Memordica Charantia LINN) puyuh yaitu buahnya kecil-kecil bulat, sampai akarnya, daunnya dirajah dicampur lagi dengan majakane (Quercus Lusi Tanica LANK) dan maja keling (Terminalia Arboerea K.& V.), ketan gajih ( putih bersih/Oryza Sativa LINN), sari kuning, daging baligo harum, diulek, air gosokan cendana. Ambil perasan air kentalnya, beningnya teteskan pada hidung. Arti obat it.

 
Halaman 10a 
yen larà edan, wnang tutuhaknà dening tambà ikà, ana ring netra,ring kardna , ring irung, mwang pakinumin. Yen sajawining larà edan, kawênanganya, wdàkna mwang pakinemin, iki panrusanya, ma, ang, mang, ong ung ninì siwàgotra, kaki siwàgotra, ingsun màwak hyang Dharmma wisesa, unggwanta ring pucuking wurung-wurung gadhing, ingsun mangreh sasanaktà manùsà kabeh, I yantà, preta, kalà, dêngên, aku wruh ring kadadentà kabeh, pawtun kità saking gwà garbhan ibunta, aranya, antà ari-ari, nga, preta, nga, nanah, kàla, nga, gtih, dêngên, nga, yeh nyom, ikà sasanak manusà kabeh, akuwruhà, ikà marggane, agring kang manusyane syanu, ih angringin manusane syanu, marggane mangringin ikà, apan umijil saking pitra pùjà sasana, mangke ingsun angunduràngkên gring awak sarirantà

Terjemahan:

jika sakit gila, dapat diteteskan obat itu pada telinga, mata, pada hidung dan diminumkannya. Jika selain sakit gila, kegunaannya dibedakkan dan diminumkannya, ini lanjutannya, mantra: Ang, mang, ong ung nini Siwogotra, ingsun mawak hyang Darma wisesa, ungguanta ring pucuking wurung-wurung gading ingsun mangerah sasanakta manusa kabeh, I Yanta, Preta, kala, dengen, aku weruh ring kadadenta kabeh, pawetun kita saking gua garbane ibunta, arania anta ari-ari, nga, preta, nga, nanah, kala, nga, getih, dengen, nga yeh nyom, ika sasanak manusa kabeh, aku weruha, ika margane agering kang manusane sianu, ih angeringin manusane si anu, margane mangeringin ika, apan umijil saking pitra puja sesana, mangke ingsun angundurangken gering awak sariranta,

Halaman 10b 

yen àna pitra pùja sasana manggawe gring awak sarirantà, ingsun angundurakên pitra pùja sasana, mundur mulih kità kabeh, yanta sah ring àwak sarirantà, mulih kità ring Batukawu, pretà sah, ring àwak sarirantà mulih kità ring pasaren, kàla sah ring àwak sariranta, mulih kità ring catu, dêngên sah ring àwak sariranta, mulih kità ring cungkub kahyangan dalêm, mangke ingsun angluwarang gringe ring àwak sariranta, buwung ikang gring kabeh, kesah ikang gring apadhang, mantuk kità ring sang hyang tigà, bhasmì wisesa, ana desa sajroning pukuhingh lidah, ajlijih mirah, abyase pàdi, anàtar emàs sinangling tan payunà, ring ganà gulgul, nidra amarggana, byah er, ingsun angundurakên pitra pùja sasana ikà, mundur kità apan àku wruh ring pasurupantà kabeh

Halaman 11a

anta sah ring àwak sariarantà, mulih kità ring atukawu, pretà sah ring àwak sarirantà, mulih kità ring pasaren, kàla sah ring àwak sarirantà, mulih kità ring catu, dêngên sah ring àwak sarirantà, mulih kità ring cungkub kahyangan dalêm, mangke ingsun angundurang gring awak sarirantà, poma kità mundur, 3 buwung ikang gring kabeh, buwung, 3, kesah ring sakeng padha, mantuk padha gring kasunyà mareta kabeh, poma, 3, apan sirà angundurang gring ngawak sarirantà kabeh, yekà ana pitra pùja sasana, mangawe gring awak sarirantà, ingsun angundurakên pitra pùja sasana ikà, mulih maring unggwantà manih, antà sah maring sarirantà manih, mulih kità ring Batukawu, pretà sah maring sarirantà manih, mulih kità ring pasaren, kàla sah maring sarirantà malih, mulih

Halaman 11b

kità ring catu dêngên, sah maring sarirantà manih, mulih maring cungkub kahyangan dalêm, sirà mangke manglwarang gring awak sarirantà, buwung ikang gring kabeh, ne rumangsuk ring awak sarirantà syanu, kabeh pada punah padha buwung, têka buwung, 3, edan buwung, bdhasà buwung, bsêh buwung, mokan buwung, tugu buwung, gtih buwung, nanah buwung, bañêh buwung, busung buwung, rasà buwung, rumpuh buwung, kabeh padha buwung, salwiring larà ring awak sariràne syane, pada buwung, 3, ong sabdha ngayu mandhi, angunndurana sakwehing larà roghane syanu, wus katiben larà dening pitra puja sasana ika, wastu campuh punah, ilang malaradan, pada sumusup, maring kahyangan nira sowang-sowang, ong sa ba ta a i na ma si wa ya, ong gring catur dipatya namah siwaya, telas. Ta, edan, sa,

Halaman 12a

nya, ngalêkas raris upin pabaan wàng agring, ma, ang ring pucuking rambut, ang ring siwàdwara, tlas. Malih yeki lekas akna ring wàng edan, tur upin pabaanne, ma, ang, ang, ring, socà kiwà tngên. Iki caru larà edan, yanya ngumik anambat dewà, tur ya makurah-karihan, wnang gawenàna caru, tumpeng adhanan, iwak sawung irêng pinanggang, biyu-biyuan asoroh, kadi bya kàwon dwegan ñuh gadang, misi padang lêpas, ambêngan galagah, matali lawe tri datu, ma, ang kàla-kàli, lwar ta engko kabeh, desti prakasa, yaksa-yaksi, barong brare banaspati, mundur rakità ring sabanta paran kità, ajà kità ring kene, ring ragà walunane I yunu, apan àku sanghyang Tunggal, wnang aku sinêmbah

Halaman 12b

De ràt bhuwanà kabeh, yen anà wang angleyak aneluhanràñjànà, sakwehing satru musuhku, lebur ilang sakwehing larà rogàne syanu, jati brês, jati hning, 3, ong pamali barong brare babahin bhutà kàla dngên, sing kotampêl dadinmu tan patêndas, krêpak grumung, 3, ong nini calonàrang, ajà kità wanilangganà ring awak sariràne, apan mawak sirà Mpu Pradah, wnang angulyang gudnane manglaranin iyanu, sapàgudnanmu, gudnan I jaran guyang, I gudna Suddha, I gudna Jawà, gudna Bali I gudna Jagatra, I gudna Mêsi, I gudna slêm, I gudna Cangkêput, lah si bañcut gudnanmu, satus akutus ani gudna kabañcut, lah poma 3. Yen ta gring swe tan tinambanan

Halaman 13a

wnang pamahayunên ring tngahing setra agung, irikà ta têbusan, dening bras acatu, klapà 2, bungkul, pisang 2 ijas, taluh 2 bungkul, lawe 2 tukel, artà 8880, sgà sapangkon, daging jajron bawi, sgà agung, canang 2 tanding, pras peñnêng, ma, kaki bhatàra Kàla, ulun amintà tambà, waras awàke syanu, ulian pagawene sang mêñakitin, yan larà saking dewà, mulih maring dewà, yan larà saking desti, mulih maring desti, yan larà saking buta kala dengên, mulih maring buta kala dengen, yan larà saking bhutà kàla dngên, mulih maring bhutà kàla dngên, yan larà saking pitarà, mulih maring pitarà, iki panêbusaning wong agring, wehan kadirgga yusà waras, ong sriyawe, nama swahà. Malih aturane ring dalêm, lwirnya

Halaman 13
rayunan putih kuning, kelanan dampulan, canang pangrawes, sghean 11, tanding.


Kaketus saking: Sastra Unud