Aksara, Basa, lan Sastra Bali

"Om Swastyastu, swasti prapta aturang titiang majeng ring para sameton blogger sami, durusang macecingak ring blog titiang, pinaka anggen jalaran masadu wirasa, mogi-mogi wenten pikenohnyane"

Rabu, 23 Mei 2012

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Puisi


Puisi merupakan karya sastra yang diatur oleh konvensi prosodi dan metrum, sehingga menimbulkan dua unsur yang signifikan dalam membangun karya sastra tersebut, yakni unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Adapun unsur intrinsik puisi tersebut adalah sebagai berikut.
1)   Tema (sense), yaitu pokok persoalan (subjek matter), suatu ide, gagasan atau hal yang hendak dikemukakan oleh penulis, baik tersurat atau tersirat.
      Contoh: pendidikan, sosial, budaya, dan lain-lain.

2)    Tipografi disebut juga ukiran bentuk puisi, yaitu tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan suasana.
  
3)     Amanat (intention), yaitu pesan, maksud/tujuan yang mendorong penyair menulis.

4)     Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya, misalnya sikap rendah hati,  
      menggurui, mendikte, persuasif, dan lain-lain.

5)   Perasaan (feeling), yaitu sikap pengarang terhadap tema (subjek matter) dalam puisinya, misalnya simpatik, konsisten, senang, sedih, kecewa, dan lain-lain.

6)  Enjambemen, yaitu pemotongan kalimat atau frase diakhir larik, kemudian meletakkan potongan itu pada awal larik berikutnya. Tujuannya adalah untuk memberi tekanan pada bagian tertentu ataupun sebagai penghubung antara bagian yang mendahuluinya dengan bagian berikutnya.

7)      Akulirik, yaitu tokoh aku (penyair) di dalam puisi.

8)      Verifikasi, yaitu berupa rima (persamaan bunyi pada puisi, di awal, di tengah, dan di akhir); ritma (tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya bunyi).

9)      Citraan (pengimajian), yaitu gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata (indra penglihatan).

10)  Diksi, yaitu pemilihan kata-kata dengan cermat, teliti, dan setepat mungkin oleh penyair.

11)  Kata konkret (imajinasi), yaitu penggunaan kata-kata yang tepat (diksi yang baik) atau bermakna denotasi oleh penyair.

12)  Gaya bahasa (majas, figuratif language), yaitu bahasa kias yang menimbulkan makna konotasi tertentu.

Unsur ekstrinsik yang banyak mempengaruhi puisi antara lain:
1)      unsur biografi, yaitu latar belakang atau riwayat hidup penulis,
2)      unsur nilai dalam cerita, seperti ekonomi, politik, sosial, adat-istiadat, budaya, dan lain-lain, serta
3)      unsur kemasyarakatan, yaitu situasi sosial ketika puisi itu dibuat.




      Kapupulang saking:



Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada 10 University Press.

Santosa, Wijaya Heru dan Sri Wahyuningtyas. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sukada, Made. 1987. Beberapa Aspek tentang Sastra. Denpasar: Penerbit Kayumas & Yayasan Ilmu dan Seni Lesiba.

Tim Penyusun. 1994. Penataan, Penitian dan Pembinaan Apresiasi Sastra. Sebuah naskah berupa essai SMP Negeri 1 Manggis.

2 komentar:

  1. thanks sangat bermanfaat.
    ditunggu kunjungan baliknya di
    http://teenagers-crv.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. u're welcome sahabat... selamat melihat-lihat ala kadarnya!
      welcome to my blog, Balinese Blog!
      so pasti...

      Hapus

Wusan Ngwacen sampunang lali maosin iriki! Suksma