Unsur pembangun prosa terdiri dari
struktur dalam atau unsur intrinsik serta struktur luar atau unsur ekstrinsik.
Adapun unsur intrinsik prosa terdiri
atas sebagai berikut.
1)
Tema, yaitu suatu yang
menjadi pokok masalah atau persoalan sebagai bahan karangan, yang diungkapkan
dalam suatu cerita oleh pengarang. Tema prosa fiksi terutama novel dapat
terdiri dari tema utama serta beberapa tema bawahan. Sedangkan untuk cerpen
(cerita pendek) hanya memiliki tema
utama saja.
Untuk
dapat menentukan tema suatu cerita kita dapat menempuh dengan jalan bertanya
sebagai berikut.
a.
Mengapa pengarang menulis
cerita tersebut?
b.
Apa tujuan pengarang menulis
cerita tersebut?
c.
Faktor apa yang menyebabkan
atau menjadikan suatu karangan bermutu dan berharga?
2)
Amanat, yaitu pesan-pesan
yang disampaikan oleh si pengarang melalui cerita yang digubahnya. Si pengarang
menyampaikan amanatnya dengan dua cara, yaitu:
a.
secara eksplisit (terang-terangan):
pembaca dengan mudah menemukannya; dan
b.
secara implisit
(tersirat/tersembunyi): untuk menemukan amanat dalam hal ini, pembaca agak
sukar menemukannya, terlebih dulu pembaca hendaknya membaca secara keseluruhan
isi cerita tersebut.
3)
Alur/plot, yaitu urutan atau
kronologi peristiwa yang dilukiskan pengarang dalam suatu cerita rekaan,
terjalin satu dengan yang lainnya. Alur dapat diklasifikasikan menjadi tiga
macam, yaitu sebagai berikut.
A. Alur umum, tahap-tahapannya adalah sebagai berikut.
a) Eksposisi (Perkenalan/Pengantar)
Eksposisi
adalah proses penggarapan serta memperkenalkan
informasi penting kepada para pembaca. Melalui eksposisi, seorang pengarang
mulai melukiskan atau memaparkan suatu keadaan, baik keadaan alam maupun
tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita tersebut, serta informasi-informasi yang
akan diberikan pengarang kepada pembaca melalui uraian eksposisi tersebut.
b)
Komplikasi (Penampilan
Masalah)
Komplikasi adalah adanya masalah yang terjadi di antara para
tokoh, baik tokoh dengan tokoh, tokoh dengan tempat, maupun tokoh dengan
suasana yang terdapat dalam cerita rekaan.
c)
Klimaks (Puncak Ketegangan)
Klimaks adalah suatu permasalahan yang telah mencapai pada
puncaknya (meruncing).
d) Antiklimaks (Ketegangan Menurun/peleraian)
Antiklimaks adalah suatu peristiwa yang ditandai dengan menurunnya
tingkat permasalahan yang terjadi pada tokoh.
e)
Resolusi (Penyelesaian)
Resolusi adalah kejadian akhir yang merupakan penyelesaian
permasalahan di atara para tokoh cerita.
B. Berdasarkan cara menyusun tahapan-tahapan alur, maka dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a)
Alur Lurus (Alur Maju/Alur
Agresif), yaitu rangkaian cerita dikisahkan dari awal hingga cerita berakhir
tanpa mengulang kejadian yang telah lampau.
b)
Alur Sorot Balik (Alur
Mundur/Alur Regresif/Flash Back),
yaitu kebalikan dari alur lurus. Rangkaian ceritanya mengisahkan kembali tokoh
pada waktu lampau.
c)
Alur Campuran, yaitu
gabungan antara alur maju dan alur sorot balik.
C. Berdasarkan hubungan tahapan-tahapan dalam alurnya, maka dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a)
Alur Rapat, yaitu alur
yang terbentuk apabila alur pembantu mendukung alur pokoknya.
b)
Alur Renggang, yaitu
sebaliknya, alur yang terbentuk apabila alur pokok tidak didukung oleh alur
pembantu.
D. Berdasarkan kuantitasnya, maka dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
sebagai berikut.
a) Alur
tunggal, yaitu alur yang hanya terjadi pada sebuah cerita yang memiliki satu
jalan cerita saja, biasanya terjadi pada cerpen.
b) Alur
ganda, yaitu alur yang terjadi pada sebuah cerita yang memiliki jalan cerita
lebih dari satu, biasanya ada pada novel.
4)
Tokoh, yaitu pelaku di dalam
cerita dan mengambil peranan dalam setiap insiden-insiden. Tokoh terdiri atas
sebagai berikut.
a)
Tokoh Protagonis (Tokoh
Utama/Tokoh Sentral), yaitu tokoh yang paling berperan dalam cerita dan umumnya
bersifat baik.
b)
Tokoh Antagonis (Lawan Peran
Utama), yaitu tokoh yang menentang tokoh protagonis, umumnya memiliki sifat
yang jahat.
c)
Tokoh Komplementer
(Pembantu), yaitu tokoh sampingan yang berperan sebagai pembantu tokoh
protagonis dan antagonis.
5)
Penokohan (Perwatakan),
yaitu watak atau karakter dari para tokoh di dalam cerita. Adapun jenis
penggambaran watak tokoh dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu:
a)
Metode analitik, yaitu
pemaparan secara langsung (eksplisit) watak atau karakter para tokoh dalam
cerita, seperti; penyayang, penyabar, keras kepala, baik hati, pemarah, dan
lain sebagainya.
b)
Metode dramatik, yaitu metode penokohan yang dipergunakan pencerita dengan
membiarkan para tokohnya untuk menyatakan diri mereka sendiri lewat kata-kata,
dan perbuatan mereka sendiri, misalnya lewat dialog, jalan pikiran tokoh,
perasaan tokoh, perbuatan, sikap tokoh, lukisan fisik, dan sebagainya.
c)
Metode
kontekstual, yaitu cara menyatakan watak tokoh melalui konteks verbal yang
mengelilinginya. Jelasnya, melukiskan watak tokoh dengan jalan memberikan
lingkungan yang mengelilingi tokoh, misalnya: kamarnya, rumahnya, tempat
kerjanya, atau tempat di mana tokoh berada.
Watak tokoh terdiri dari
sifat, sikap, serta kepribadian tokoh. Penokohan dapat dilakukan melalui
dimensi (a) fisik, (b) psikis, dan (c) sosial.
6)
Latar (setting), yaitu mengenai lingkungan (tempat/lokasi, waktu, dan
suasana) terjadinya suatu peristiwa di dalam cerita.
-
Tempat :
umpamanya di rumah sakit, daerah wisata, di daerah
transmigran, di kantor, di kamar tidur, di
halaman,
dan lain sebagainya.
-
Waktu : tahun, musim, masa
perang, suatu upacara, masa
panen, periode sejarah, dan sebagainya.
-
Suasana :
aman, damai, gawat, bergembira, berduka/
berkabung, kacau, galau, dan sebagainya.
7)
Sudut pandang (point of view), yaitu status atau
kedudukan si pengarang dalam cerita. Ada empat macam sudut pandang, antara
lain:
a)
pengarang sebagai orang
pertama sebagai pelaku utama (pengarang = aku);
b)
pengarang sebagai orang
pertama sebagai pelaku sampingan;
c)
pengarang berada di luar
cerita sebagai orang ketiga; dan
d) kombinasi atau campuran, kadang-kadang di dalam dan kadang-kadang
di luar cerita.
8)
Gaya Bahasa (Majas) disebut
juga “langgam, corak, bentuk, atau style
bahasa” yaitu cara yang digunakan oleh si pengarang untuk mengungkapkan
maksud dan dan tujuannya baik dalam bentuk kata, kelompok kata, atau kalimat.
Jadi, gaya bahasa atau majas meliputi; kata, frasa atau kelompok kata, kalimat
(struktur) biasa/majas. Gaya bahasa atau majas adalah ibarat kendaraaan bagi
seseorang pengarang yang akan membawanya kemana arah tujuan yang ingin
ditujunya. Gaya bahasa atau majas merupakan faktor dominan dalam karya prosa
fiksi.
Unsur Ekstrinsik Karya Sastra Prosa
Unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berasal dari luar aspek sastra, yang ikut
membangun penyusunan suatu karya sastra.
Unsur-unsur luar ini meliputi:
1.
Nilai-nilai dalam cerita
(agama, budaya, politik, ekonomi);
2.
Latar belakang kehidupan
pengarang; dan
3.
Situasi sosial ketika cerita
itu diciptakan.
Kapupulang saking:
Nurgiyantoro,
Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gajah Mada 10 University Press.
Santosa,
Wijaya Heru dan Sri Wahyuningtyas. 2010. Pengantar
Apresiasi Prosa. Surakarta: Yuma Pustaka.
Sukada, Made. 1987. Beberapa Aspek tentang Sastra. Denpasar: Penerbit Kayumas &
Yayasan Ilmu dan Seni Lesiba.
Tim
Penyusun. 1994. Penataan, Penitian dan
Pembinaan Apresiasi Sastra. Sebuah naskah berupa essai SMP Negeri 1
Manggis.
u're welcome mas...
BalasHapusselamat melihat-liaht, tetapi mohon maaf atas banyak kekurangan dari blog yg sederhana ini... :)
makassiiiihhhh banyaakkkk :)
BalasHapusterima kasih banyak, ijin copas yah
BalasHapusterima kasih
BalasHapus