PENGAJARAN
KETERAMPILAN MENYIMAK
DI
SEKOLAH DASAR
Oleh
I
Wayan Jatiyasa
Abstrak
Pengajaran
bahasa adalah mengajarkan untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, pengajaran
bahasa yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik
secara lisan maupun secara tertulis. Agar siswa dapat memahami bahasa lisan dengan
baik, diperlukan latihan menyimak yang berkelanjutan mengingat menyimak
merupakan salah suatu keterampilan berbahasa yang tidak kalah penting dengan
keterampilan yang lain. Namun, cenderung guru belum memahami hakikat dan belum
menemukan teknik yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga
pembelajaran dirasakan siswa tidak menarik. Oleh karena itu, artikel sederhana
ini bertujuan untuk memaparkan hakikat dan mendeskripsikan teknik guru dalam
mengajarkan keterampilan menyimak di Sekolah Dasar. Menyimak pada hakikatnya
merupakan proses mendengarkan dengan penuh pemahaman, apresiasi dan evaluasi
untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang
hendak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran. Untuk meningkatkan
keterampilan menyimak dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran di Sekolah
Dasar, maka dapat digunakan beberapa cara/teknik yaitu sebagai berikut; (1) teknik ulang-ucap (menirukan), (2) teknik informasi beranting, (3) teknik
satu mulut satu kelas, (4) teknik satu rekaman satu kelas, (5) teknik group cloze, (6) teknik parafrase, (7) teknik simak
libat cakap, dan (8) teknik simak bebas libat cakap.
Kata
Kunci: guru, keterampilan menyimak, teknik, dan Sekolah Dasar.
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan
pilar sekaligus “rahim” dalam mencetak insan-insan yang cerdas dan kompetitif di
era globalisasi ini. Keberadaan sekolah-sekolah yang didukung oleh tenaga pengajar
profesional dan berdedikasi tinggi menjadi prasyarat untuk meningkatkan sumber
daya manusia. Ditambah dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
komunikasi sehingga lebih memudahkan terjadinya transformasi informasi guna
mendukung kualitas pengajaran dalam dunia pendidikan.
Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi (Arnyana, 2007: 3). Untuk menjadi seorang
guru yang profesional, seseorang harus memiliki satu perangkat pengetahuan yang
akan menunjang tugasnya sebagai guru. Terkait hal tersebut guru hendaknya
memahami karakter pelajaran dan karakteristik siswa sesuai dengan jenjang
pendidikannya. Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, pengajaran bahasa
sangatlah penting, mengingat kegiatan berbahasa sangat dominan dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di
masyarakat.
Pengajaran bahasa pada
hakikatnya adalah mengajarkan untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, pengajaran
bahasa adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik
secara lisan maupun secara tertulis. Namun untuk mampu berkomunikasi dengan
baik, siswa harus memiliki keterampilan berbahasa.
H. G Tarigan dan Djago
Tarigan dalam Astawan (2008: 112) menyatakan, keterampilan berbahasa meliputi
empat aspek, yaitu (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3)
keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan
tersebut masing-masing berbeda dalam proses, namun merupakan satu kesatuan yang
utuh. Hal ini karena keempat aspek tersebut tidak bisa terpisahkan dengan yang
lainnya. Oleh karena itu dalam pengajaran bahasa, siswa diajarkan tentang menyimak terlebih
dahulu, setelah itu barulah berbicara, membaca, dan menulis.
Mengingat menyimak
merupakan suatu keterampilan, maka perlu dilakukan latihan-latihan secara
terus-menerus kepada siswa. Dalam proses belajar mengajar, kegiatan menyimak
sering diabaikan oleh guru karena guru cenderung beranggapan bahwa tanpa
diajarkan pun keterampilan menyimak dapat dilakukan oleh siswa. Namun kenyataannya
kontradiktif terhadap aplikasi di lapangan, yaitu kemampuan siswa dalam menyimak
materi pelajaran tertentu masih kurang. Hal ini terjadi karena beberapa
kemungkinan, diantaranya yaitu; guru tidak mengetahui hakikat keterampilan
menyimak, atau guru belum menemukan teknik yang baik dalam pengajaran menyimak.
Selain itu tidak ada upaya guru untuk meningkatkan kualitas pengajaran menyimak
siswa terhadap materi pelajaran sehingga menyebabkan prestasi belajar siswa
menjadi kurang.
Menyikapi fenomena
tersebut dipandang perlu penulis menyajikan hal tersebut dalam bentuk tulisan.
Dari tulisan ini diharapkan dapat memberi sumbangan terutama bagi guru dalam
memvariasi teknik pengajaran menyimak.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari
latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat penulis rumuskan dalam tulisan
ini adalah sebagai berikut.
1.2.1
Bagaimana hakikat menyimak?
1.2.2
Bagaimana teknik guru dalam mengajarkan
keterampilan meyimak di Sekolah Dasar?
1.3 Tujuan Penulisan
Sebuah karya ilmiah
pada umumnya dilandasi oleh suatu tujuan yang jelas, begitu juga dengan tulisan
ini. Adapun tujuan penulisan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut.
1.3.1
Untuk memaparkan hakikat menyimak.
1.3.2
Untuk mendeskripsikan teknik guru dalam
mengajarkan keterampilan menyimak di Sekolah Dasar.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diperoleh dari
tulisan ini adalah sebagai berikut.
1.4.1
Bagi Lembaga Pendidikan, yaitu untuk menambah
khazanah karya tulis dalam bidang pendidikan dan memberikan sumbangan berupa
pandangan terhadap pengajaran keterampilan menyimak di Sekolah Dasar.
1.4.2
Bagi pengajar (guru), yaitu sebagai
acuan dalam mengajarkan keterampilan menyimak di Sekolah Dasar dan memotivasi
guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas.
1.4.3
Bagi penulis sendiri yang berkecimpung
dalam dunia pendidikan, yaitu untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
kualitas mengajar terutama dalam menyimak.
1.4.4
Bagi peneliti lain, yaitu sebagai motivasi
untuk melakukan penelitian yang sejenis.
II.
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Menyimak
Sebelum mendeskripsikan
teknik pengajaran menyimak di Sekolah Dasar, dipandang perlu untuk memaparkan
terlebih dahulu tentang hakikat menyimak.
2.1.1
Pengertian
Menyimak
Terkadang
orang beranggapan bahwa menyimak dengan mendengar memiliki pengertian yang sama
sehingga persepsi yang demikian pada akhirnya dalam aplikasinya di lapangan
tidak sesuai dengan harapkan dalam proses belajar mengajar. Kesalahan tersebut
menjadikan guru berpikir sederhana dalam mengajarkan kegiatan menyimak.
Menyimak
adalah proses mendengarkan dengan penuh pemahaman, apresiasi dan evaluasi. Dalam
proses menyimak, diawali dengan kegiatan mendengarkan bahan simakan oleh siswa
(penyimak), selanjutnya bahan simakan dipahami berdasarkan tingkat pemahaman
siswa yang dimaksud, kemudian dalam proses pemahaman tersebut terjadi proses
evaluasi – menghubungkan antara topik yang disimak dengan pengalaman dan/atau
pengetahuan yang dimiliki siswa. Setelah proses tersebut selesai, barulah siswa
memberikan respon terhadap isi bahan yang disimaknya. Jadi dapat dikatakan
bahwa menyimak merupakan kegiatan yang disengaja melalui proses mendengar untuk
memahami bunyi-bunyi bahasa, sedangkan mendengar adalah kegiatan yang dilakukan
hanya sekedar tahu tetapi tidak memahami bunyi-bunyi bahasa yang disimak.
2.1.2
Tujuan
Menyimak
Secara umum tujuan
menyimak ada dua macam, yaitu tujuan bersifat khusus dan tujuan bersifat umum. Adapun
tujuan yang bersifat khusus adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi,
serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan oleh si pembicara
melalui ujaran. Namun tujuan yang bersifat umum tersebut dapat dipecah-pecah
menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Adapun
tujuan menyimak menurut klasifikasinya adalah sebagai berikut.
1)
Mendapatkan fakta
Mendapatkan
fakta dapat dilakukan melalui penelitian, riset, eksperimen, dan membaca. Cara
lain yang dapat dilakukan adalah menyimak melalui radio, tape recorder, TV, dan percakapan.
2)
Menganalisis fakta
Fakta
atau informasi yang telah terkumpul dianalisis. Kaitannya harus jelas pada
unsur-unsur yang ada, sebab akibat yang terkandung di dalamnya. Apa yang
disampaikan penyimak harus dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman penyimak
dalam bidang yang sesuai.
3) Mendapatkan
inspirasi
Dapat
dilakukan dalam pertemuan ilmiah atau jamuan makan. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan ilham. Penyimak tidak memerlukan fakta baru. Mereka yang datang
diharapkan untuk dapat memberikan masukan atau jalan keluar berkaitan dengan
masalah yang dihadapi.
4)
Menghibur diri
Para
penyimak yang datang untuk menghadiri pertunjukkan sandiwara, musik untuk
menghibur diri. Mereka itu umumnya adalah orang yang sudah jenuh atau lelah
sehingga perlu menyegarkan fisik, mental agar kondisinya pulih kembali.
2.1.3
Jenis-jenis
Menyimak
Jenis menyimak dapat
diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: (1) menyimak ekstensif, dan (2) menyimak intensif.
1) Menyimak
Ekstensif
Menyimak ekstensif
merupakan kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang umum dan bebas
terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di bawah
bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan
simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya
saja atau butir-butir yang penting saja.
Jenis
menyimak ekstensif dapat dibagi empat, yaitu sebagai berikut.
a. Menyimak sekunder
Menyimak
sekunder adalah sejenis mendengar secara kebetulan, maksudnya menyimak
dilakukan sambil mengerjakan sesuatu.
b. Menyimak estetik
Dalam
menyimak estetik penyimak duduk terpaku menikmati suatu pertunjukkan misalnya,
lakon drama, cerita, puisi, baik secara langsung maupun melalui radio. Secara
imajinatif penyimak ikut mengalami, merasakan karakter dari setiap pelaku.
c. Menyimak pasif
Menyimak
pasif merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya
menandai upaya penyimak pada saat belajar dengan teliti. Misalnya, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah
itu dalam kurun waktu dua atau tiga tahun berikutnya orang itu sudah dapat
berbahasa daerah tersebut.
d. Menyimak sosial
Menyimak
ini berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang mengobrol, bercengkrama
mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang dan saling menyimak satu dengan
yang lainnya, untuk merespon yang pantas, mengikuti bagian-bagian yang menarik
dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan atau
dikatakan orang.
2)
Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan
menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh konsentrasi untuk
menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif ini memiliki ciri-ciri yang
harus diperhatikan, yakni: (a) menyimak intensif adalah menyimak pemahaman, (b)
menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi, (c) menyimak intensif ialah
memahami bahasa formal, (d) menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan
simakan.
Adapun yang tergolong menyimak intensif
ada lima, yaitu sebagai berikut.
a.
Menyimak kritis
Menyimak
dengan cara ini bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan. Penyimak
menilai gagasan, ide, dan informasi dari pembicara.
- Menyimak konsentratif
Menyimak
konsentratif merupakan kegiatan untuk menelaah pembicaraan/hal yang disimaknya.
Hal ini diperlukan konsentrasi penuh dari penyimak agar ide dari pembicara
dapat diterima dengan baik.
- Menyimak kreatif
Menyimak
kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang. Penyimak dapat
menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan baik karena ia berimajinasi
dan berapresiasi terhadap puisi itu.
- Menyimak interogatif
Menyimak
interogatif merupakan kegiatan menyimak yang menuntut konsentrasi dan
selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan mengajukan pertanyaan
setelah selesai menyimak.
- Menyimak eksploratori
Menyimak
eksploratori atau menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak dengan tujuan
menemukan;
1) hal-hal baru yang menarik,
2) informasi tambahan mengenai suatu topik,
3) isu, pergunjingan atau buah bibir yang
menarik.
2.2 Teknik Pengajaran Menyimak di
Sekolah Dasar
Teknik atau cara
pengajaran menyimak di Sekolah Dasar dapat dilakukan secara variatif untuk
menghindari kesan yang monoton
terhadap strategi mengajar guru di Sekolah Dasar. Selain itu, melalui
penggunaan teknik menyimak yang beragam menjadikan pembelajaran lebih menarik
bagi siswa. Adapun beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan guru dalam
proses belajar mengajar di Sekolah Dasar, di antaranya adalah sebagai berikut.
1.
Teknik Ulang-Ucap (Menirukan)
Teknik ini biasa
digunakan guru pada siswa yang belajar bahasa permulaan, baik belajar bahasa
ibu maupun bahasa asing. Teknik ini digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa
dengan dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas oleh guru.
Dengan teknik ini,
pertama-tama guru mengucapkan kata-kata yang sederhana, seperti “mata”,
misalnya, kemudian guru memperjelas kata tersebut dengan cara
mendemonstrasikannya; guru menggunakan jari tangannya untuk menunjuk salah satu
bagian wajahnya, yaitu mata. Langkah kedua, guru mengucapkan kata “mata” dengan
jelas dan keras, siswa diminta menyimaknya dengan baik, kemudian menirukan apa
yang diucapkan guru. Langkah ketiga, guru memberikan latihan ekstensif dengan
mengulang kata-kata yang sudah dikenalkan, kemudian menambah kosa kata serta
mengenalkan struktur kalimat kepada siswa sampai siswa dapat mengucapkan
kata-kata dengan tepat, dan akhirnya menggunakan kata itu dalam struktur yang
sederhana.
2.
Teknik Informasi Beranting
Guru memberi informasi
kepada salah seorang siswa kemudian informasi tersebut disampaikan kepada siswa
di dekatnya; begitu seterusnya, informasi disampaikan secara beranting. Siswa
yang menerima informasi terakhir, mengucapkan keras-keras informasi tersebut di
hadapan teman-temannya. Dengan demikian, kita tahu apakah informasi itu tetap
sama dengan sumber pertama atau tidak. Jika tetap sama, berarti daya simak
siswa sudah cukup baik, akan tetapi, bila informasi pertama berubah setelah
beranting, ini berarti daya simak siswa masih kurang.
Contoh:
Informasi:
Andi membeli mie bersama Rani tadi pagi.
3.
Teknik Satu Mulut Satu Kelas
Guru membacakan sebuah
wacana yang dapat berupa artikel atau cerita di hadapan siswa, dan siswa
diminta menyimak baik-baik. Sebelum siswa menyimak, guru memberi penjelasan
tentang apa-apa yang pernah disimak. Setelah guru selesai membacakan, guru
dapat meminta siswa, misalnya:
a. menceritakan
kembali isi materi yang disimaknya;
b. menyebutkan
urutan ide pokok dari apa yang disimak;
c. menyebutkan
tokoh atau pelaku cerita dari apa yang disimaknya;
d. menemukan
makna yang tersurat dari apa yang disimaknya;
e. menemukan
makna yang tersirat dari apa yang disimaknya;
f. menemukan
ciri-ciri atau gaya bahasa yang digunakan dalam wacana yang dibacakan;
g. menilai
isi dari apa yang disimaknya.
Pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan guru kepada siswa tentu saja harus disesuaikan dengan tujuan
yang telah dirumuskan.
Dalam penggunaan teknik
ini, guru dituntut untuk dapat membaca dengan baik sesuai dengan jenis wacana
yang dibacanya. Oleh karena itu, guru perlu menyiapkan benar-benar bahan bacaan
dan cara membacanya, jangan sampai siswa mengalami kesulitan memahami isi yang
disimaknya hanya karena pembacaan yang kurang siap.
4.
Teknik Satu Rekaman Satu Kelas
Guru terlebih dahulu
menyiapkan rekaman melalui kaset (tape
recorder), CD, ataupun laptop yang berisi ceramah, pembacaan puisi, pidato,
cerita/dongeng, drama, dan sebagainya. Kemudian guru memberi petunjuk-petunjuk
sebelum kaset di putar tentang hal-hal yang perlu disimak. Setelah itu guru
memutar rekaman yang telah disiapkan sebelumnya (dongeng, misalnya). Siswa diminta
menyimak baik-baik. Rekaman dapat diputar ulang bila siswa belum dapat
mengikuti tentang apa yang diputar. Kemudian siswa diberikan tugas menjawab
pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pemahamannya terhadap rekaman yang
disimaknya, seperti:
a. apa
tema dari dongeng yang anak-anak simak?
b. siapa
yang menjadi tokoh dalam dongeng tersebut?
c. bagaimana
watak dari tokoh tersebut?
d. sebutkan
amanat yang terdapat dalam dongeng tersebut!
e. dan
lain-lain.
5.
Teknik Group Cloze
Dalam penggunaan teknik
ini, guru membacakan sebuah wacana sekali, siswa diminta menyimak baik-baik.
Kemudian, guru membacakan lagi wacana tersebut dengan cara membaca paragraf awal penuh, sedangkan
paragraf berikutnya ada beberapa kata atau kelompok kata yang dihilangkan.
Setelah itu, tugas siswa adalah memikirkan konteks wacana dan mengisi tempat
yang kosong dengan kata-kata atau peristilahan atau kelompok kata yang asli
dari wacana yang dibacakan sebelumnya.
6.
Teknik Parafrase
Dalam penggunaan teknik ini, guru terlebih
dahulu menyiapkan sebuah puisi untuk disimak oleh siswa. Setelah itu, guru
membacakan puisi yang telah disiapkan dengan jelas. Kemudian setelah siswa
selesai menyimak, siswa secara bergiliran disuruh menceritakan kembali isi
puisi yang telah disimaknya dengan kata-kata sendiri.
Dalam menerapkan teknik ini, guru
harus menyesuaikan dengan perkembangan kebahasaan siswa, agar dalam
pelaksanaannya dapat berjalan sesuai tujuan.
7.
Teknik Simak Libat Cakap
Sesuai dengan nama
teknik ini, penyimak terlibat dalam pembicaraan. Dalam pelaksanaan teknik ini
guru dapat menugaskan siswa mengadakan wawancara, misalnya dengan guru wali,
guru pengajar bahasa Bali, budayawan. Sebelum mengadakan wawancara, siswa
diminta menyiapkan apa yang perlu ditanyakan kepada orang yang diwawancarai.
Tugas selanjutnya siswa menyusun hasil wawancara yang kemudian diserahkan
kepada guru untuk teliti.
8.
Teknik Simak Bebas Libat Cakap
Teknik ini senada dengan teknik simak
libat cakap yang mementingkan keterlibatan penyimak dalam pembicaraan. Penyimak
di sini hanya berlaku sebagai pemerhati yang penuh minat, tekun menyimak apa
yang disampaikan oleh pembicara sehingga penyimak dapat memahami isi
pembicaraan, tujuan pembicaraan, menganalisis apa yang dibicarakan, serta
akhirnya menilai isi pembicaraan.
III.
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan
dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.
Pada hakikatnya menyimak merupakan proses
mendengarkan dengan penuh pemahaman, apresiasi dan evaluasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan
oleh si pembicara melalui ujaran.
2.
Cara/teknik yang dapat digunakan guru
dalam memvariasi pengajaran menyimak di Sekolah Dasar adalah (1) teknik
ulang-ucap (menirukan), (2) teknik
informasi beranting, (3) teknik satu mulut satu kelas, (4) teknik satu rekaman
satu kelas, (5) teknik group cloze,
(6) teknik parafrase, (7) teknik
simak libat cakap, dan (8) teknik simak bebas libat cakap.
3.2 Saran
Dalam pengajaran
menyimak, guru diharapkan memahami hakikat menyimak dan dengan tekun mencobakan
teknik-teknik menyimak dalam kegiatan belajar mengajar di Sekolah Dasar
sehingga diperoleh hasil belajar yang maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahsin,
Amir. 1981. Pengajaran Menyimak.
Jakarta: LP3G.
Edu,
Mbah Brata. 2010. “Keterampilan Menyimak”. Terdapat dalam http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2010/04/keterampilan-menyimak.html.
Diakses 7 Mei 2012.
Sudjana,
Nana dan Rivai, Ahmad. 2010. Media
Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suhendar,
M. E dan Supinah, Pien. 1992. Bahasa
Indonesia (Keterampilan Berbahasa). Seri Mata Kuliah MKDU. Bandung: CV.
Pionir Jaya.
Suyanto
dan Jihad, Asep. 2009. Betapa Mudah
Menulis Karya Ilmiah. Yogyakarta: Eduka.
Jatiyasa,
I Wayan. 2011. Keterampilan Menyimak dan
Berbicara Bahasa Bali. Sebuah materi kuliah pada Prodi Bahasa dan Sastra
Agama Hindu (tidak dipublikasikan). Amlapura: STKIP Agama Hindu.
Tarigan,
H. G. 1985. Menyimak Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: CV. Angkasa.
Yumarti,
A. 1988. Beberapa Teknik Pengajaran
Menyimak. Dalam majalah Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Bharatara
Karya Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Wusan Ngwacen sampunang lali maosin iriki! Suksma